Thaif yang Unik, Pembawa Pesan untuk Muslim Pakistan dan India dari Keluarga Bani Tsaqifah

Thaif yang Unik, Pembawa Pesan untuk Muslim Pakistan dan India dari Keluarga Bani Tsaqifah

Oleh: Dr.dr.H.Jaya Mualimin, Sp.KJ, M.Kes, MARS

Gambaran Umum Thaif

Saya berkesempatan ketiga kalinya mengunjungi kota yang semakin cantik, sejuk dan indah. Penuh bangunan taman untuk berlibur, tampak di atas bukit yang tinggi. Kami dapat menikmati melalui kereta Gondola yang dijadikan icon wisata utama di kota ini. Rutenya menuruni bukit dan gunung sehingga dapat melihat indahnya kota yang terletak di Tenggara kota Makkah dengan jarak kira-kira 75 mil dengan jarak tempuh 2,5 jam dengan kendaraan. Sekarang banyak bangunan pusat-pusat komando militer Angkatan Udara, Darat dari Tentara Kerajaan Saudi Arabia, termasuk pusat amunisi, senjata dan skuadron tempur, seolah menjadi saksi kenangan kehebatan penduduknya yang luar biasa berani, termasuk berani mengusir Nabi Muhammad ﷺ saat beliau berdakwah pertama kali di sini.

Setelah Nabi ﷺ tiba di Kota Thaif menemui tiga pembesar Bani Tsaqif, yaitu Mash’ud, Abi Yalail dan Habib, beliau duduk bersama dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah ﷻ. Tapi ternyata, Rasulullah ﷺ justru menghadapi penolakan yang sangat keras dari suku Tsaqif. Mereka menghina Rasulullah ﷺ, membujuk orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk meneriaki beliau, kemudian melempar dengan batu.

Hari Paling Berat Rasulullah ﷺ Setelah Perang Uhud

Pada suatu ketika, Siti Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Adakah hari yang lebih berat bagimu dari pada hari di perang Uhud?”

Rasulullah ﷺ lantas menceritakan hari terberat yang dialaminya – selain hari di perang Uhud – adalah hari ‘Aqabah.

Mendengar penolakan keras dari tokoh Thaif, Rasulullah ﷺ begitu terpukul. Beliau sedih dan bingung yang amat sangat. Belum lagi pengusiran dan lemparan batu yang dilakukan penduduk Thaif, hingga kakinya berdarah.

Akhirnya, beliau pergi meninggalkan Thaif. Sepanjang perjalanan, beliau tak menyadari ke manakah dirinya pergi. Baru setelah sampai di Qarnuats Tsa‘alib, beliau menyadarinya.

Kisah pilu ini yang dilalui Rasulullah ﷺ, tetapi Allah ﷻ menghiburnya atas penderitaan dan beban berat yang telah dialami fisik dan psikisnya. Pada hari itu, Allah ﷻ mengutus malaikat Jibril bermaksud untuk membalas kepada penduduk Thaif ini. Alih-alih ingin balas dendam, beliau malah berujar, “Justru Aku berharap dari keturunan mereka, Allah ﷻ mengeluarkan orang-orang yang menyembah Dia, tidak ada yang menyekutukan-Nya dengan apa pun.”

Dan ternyata, harapannya terkabulkan. Allah ﷻ mengeluarkan orang-orang yang menyembah-Nya dari turunan mereka. Mereka berbondong-bondong masuk Islam. Dari turunan mereka yang telah bertindak berani dan kasar kepada Rasulullah ﷺ itu, Allah ﷻ mengeluarkan orang-orang yang mengemban panji agama-Nya dan gigih berjihad di jalan-Nya.

Seperti keluarga Bani Tsaqif yang telah memberikan jalan kekuatan Islam masa Umawi dan pembuka Jalan dakwah Islam ke Timur jauh [India, Pakistan sampai ke Nusantara].

Al Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi

Siapa yang tidak mengenal tokoh kontroversi ini. Awal era Khilafah Bani Umawi. Kita mengenal al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi orang paling dipercaya Yazid bin Muawiyah dan awal pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, ia dengan gagah berani mempertahankan khilafah Umayyah dari pemberontakan dan perlawanan. Sepak terjangnya di dunia militer telah menjadi ikon pemerintah Umayyah. Banyak kontribusi dalam memadamkan perlawanan deklarasi kekhalifahan Hijaz Zubair bin Awam dengan tangan besi dan kekuatan militer.

Ketegasan al-Hajjaj ini memicu perdebatan di kalangan ulama dan politisi. Beberapa ulama misal;

Al-Hafizh Ibnu Katsir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian menjadi khalifah beberapa tahun berikutnya, berpendapat yang positif; “Aku sedikitpun tidak merasa iri hati [dengki] terhadap al-Hajjaj si musuh Allah itu, melainkan terhadap sikapnya yang cinta kepada al-Quran dan sikap pemurah terhadap ahlul Quran. Dan ucapan al Hajjaj sebelum wafat; ” Ya Allah ampunilah aku, Sesungguhnya manusia menyangka bahwa Engkau tidak bertindak [tidak mengampuni dia_red]”

[Ibnu Katsir, al Bidayah wa an-Nihayah, 9/158]

Pendapat Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi:

“Al-Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan tahun 95 Hijrah dalam keadaan tua, dan dia adalah seorang yang dzalim, bengis, naashibi (pembenci Ahlul Bait), keji, suka menumpahkan darah, memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, dan kelicikan, kefasihan, ahli bahasa, dan kecintaan terhadap Al-Qur’an. Aku (Imam Adz-Dzahabi) telah menulis tentang sejarah hidupnya yang buruk dalam kitabku At-Tarikh al-Kabir, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu az-Zubair dan Ka’bah, serta perbuatannya melempar Ka’bah dengan manjaniq, penghinaannya terhadap penduduk Al-Haramain (dua tanah haram [berarti suci]), penguasaannya terhadap Irak dan wilayah timur, semuanya selama 20 tahun. Juga peperangannya dengan Ibnul Asy’ats, sikapnya melambat-lambatkan menunaikan salat, sehingga Allah mematikannya, maka kami mencelanya, dan kami tidak mencintainya, sebaliknya kami membencinya karena Allah.”

[Siyar A’lam An Nubala’, 4/343]

Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi adalah penguasa, politisi, dan menteri pertahanan kekhilafahan Umayah. Dia merupakan sosok kontroversial dan pelik pada awal sejarah umat Islam. Tetapi ia dikenal seorang penguasa cerdas tapi keras dan kejam. Ia bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa. Namun ia juga dikenal sebagai orang yang menghormati Al-Qur’an dan berjasa dalam perluasan wilayah Islam ke barat dan timur. Dia meyakinkan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk menggunakan mata uang khusus bagi dunia Islam. Hal yang memicu perang dengan Kekaisaran Byzantium di bawah kekuasaan Yustinianus II. Pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Leontios secara meyakinkan dapat dikalahkan pada pertempuran Sebastopolis tahun 692M.

Muhammad bin Yusuf Ats – Tsaqafi

Adik al Hajjaj juga diangkat oleh Khalifah sebagai pemimpin di wilayah Selatan yaitu Gubernur Yaman

Al-Qasim bin Yusuf Ats-Tsaqaf

Al Hajjaj sebagai Gubernur Fez kemudian mengangkat adiknya al-Qasim bin Yusuf Ats-Tsaqofi menjadi Walikota Bashra. Kelak putranya Walikota ini bernama Jenderal Muhammad bin al-Qasim membuka jalan Islam ke wilayah Timur jauh.

Jenderal Muhammad ibnu al- Qasim Pembuka Islam ke Arah Timur Jauh

Al-Qasim bin Yusuf, menjadi Walikota Bashra. Muhammad yang kala itu baru berumur 3 tahun pun turut pindah bersama ayahnya dari Thaif menuju Bashra di lraq.

Hajjaj yang sangat perhatian dalam urusan kekuatan militer dan ekspansi, mempengaruhi Muhammad bin al-Qasim. Muhammad tumbuh dalam lingkungan militer. Ia berlatih menunggang kuda sejak kecil, dan turut serta dalam latihan-latihan bela diri dan peperangan, sampai akhirnya ia menjadi seorang panglima perang umat Islam.

Pada tahun 90 H, 12 kapal yang memuat barang-barang dagangan, pedagang, dan wanita muslimah dicegat dan ditangkap oleh perompak di wilayah Sindh (Pakistan). Al-Hajjaj bin Yusuf pun menyiapkan pasukan untuk membebaskan umat Islam dari tawanan bajak laut tersebut.

Hajjaj mengutus Abdullah bin Nahban, namun ia gugur dalam misi ini. Kemudian ia mengutus Budail bin Thahfah al-Bajali, Budail pun mengalami nasib serupa. Hajjaj marah besar setelah melihat pasukan-pasukannya dikalahkan oleh orang-orang Sindh. Ia bersumpah untuk menaklukkan negeri ini dan berjanji agar umat Islam bisa memasuki pusat kota negeri tersebut. Lalu Hajjaj memilih Muhammad bin al-Qasim sebagai panglima dalam ekspansi menuju India.

la dipandang memiliki keberanian, berjiwa komando, dan memiliki keteguhan hati. Muhammad bin al-Qasim membekali pasukannya dengan alat alat perang, termasuk manjanik.

Ibnu Al Qasim Penakluk India

Setelah persiapan dirasa cukup, Muhammad bin al-Qasim berangkat bersama 20.000 pasukan terbaik menuju India. Pemberangkatan pasukan ini terjadi pada tahun 90 H. Sepanjang perjalanannya, kota demi kota berhasil ditaklukkan oleh Muhammad bin al-Qasim.

Setelah menempuh perjalanan selama dua tahun, akhirnya Muhammad bin al-Qasim memasuki wilayah Sindh. la langsung memerintahkan pasukannya untuk menggali parit besar dan bersiap-siap untuk menghadapi peperangan dengan pasukan Sindh yang dipimpin olen Raja Dahir Sen.

Peperangan dahsyat pun terjadi antara kedua pasukan besar ini. Walhasil Pasukan Sindh berhasil ditaklukkan dan Raja Dahir Sen tewas di medan pertempuran. Raja Dahir adalah Brahmana Hindu terakhir penguasa Sindh di wilayah barat anak benua India.

Pada 93 H, Muhammad ibnu al-Qasim (keponakan al-Hajjaj) berhasil menaklukkan kota Debal dan kota-kota lain di India. Saat ditugaskan al-Hajjaj untuk menaklukkan India, Al-Qasim baru berumur tujuh belas tahun. Bersama pasukannya, ia bergerak hingga bertemu raja India, Dahir, yang membawa pasukan dalam jumlah banyak, termasuk 27 ekor gajah. Perang sengit pun terjadi.

Dahir mati terbunuh dan sebagian pasukan-nya kabur. Pasukan muslim terus mengejar hingga berhasil menghabisi mereka semua.

Setelah itu, pasukan muslim terus bergerak, menaklukkan kota Kambrij, dan memperoleh harta rampasan berlimpah. Ibu kota Sindh jatuh ke tangan umat Islam. Muhammad bin al-Qasim meneruskan ekspansi militernya ke wilayah-wilayah Sindh yang lain mulai dari Dibal hingga Punjab. Penaklukkan ini berakhir pada tahun 96 H.

Setelah itu, umat islam menyibukkan diri dengan mendakwahi para penyembah berhala ini. Rakyat Sindh begitu antusias dengan ajaran Islam, mereka begitu tertarik dengan prinsip persamaan yang tidak mereka dapati pada ajaran Hindu.

Demikian juga orang-orang Budha yang sebelumnya direndahkan oleh orang-orang Hindu mendapatkan hak yang sama seperti masyarakat Sindh lainnya. Tersebarlah cahaya Islam di tanah Hindustan dan berdirilah kerajaan Islam di tanah Sindh (Pakistan).

Kota terakhir yang berhasil ditaklukkan oleh Ibnul al Qasim di tapal batas Sindh-India yaitu daerah Karaj. Setelah penaklukan terakhir ini, Islam masuk wilayah Kanyi. Tidak ada kerajaan di Sindh dan India yang rajanya begitu memuliakan kaum muslimin melebihi Balhara, penguasa Kanyi. Islam di sana diperlakukan dengan mulia dan dilindungi. Balhara membangun banyak masjid megah yang dimakmurkan dengan berbagai kegiatan ibadah seperti shalat lima waktu. la memerintah kerajaan selama 40 atau 50 tahun lebih. Rakyat di kerajaan itu meyakini, Balhara memerintah sangat lama karena sikapnya yang adil dam menghormati umat Islam.”

Jenderal Ibn al Qasim Membawa Dua Putra dari Muhammad bin Abdullah Nafsun Zakiya al Mahdi

Salah satu dzuriat yang ikut serta dalam expedisi militer Ibnu al-Qasim adalah putra Muhammad bin Abdullah al Mahdi yaitu Abdullah al-Astari dikenal Shah Ghazi dan adiknya Shah Masri. Keduanya bermukim di Sindhu dan menikah dengan Princess Raja Dahir Sen dan berketurunan di Pakistan.

Akhir Tugas Jenderal Ibn al -Qasim

Ibn Al-Qasim, sang penakluk dan berikut pasukannya telah bergerak ke wilayah Kairaj dan sudah memasuki Audhayir. Keinginannya untuk menaklukkan daerah tersebut semakin kuat. la pun menyiapkan segalanya untuk memasuki wilayah tersebut. Di saat Ibnul al-Qasim sedang sibuk mempersiapkan segalanya untuk menembus daerah Kashmir dan menuntaskan misi penaklukan seluruh Sindh dan India, ia menerima perintah khusus dari Khalifah yang baru, Sulaiman bin Abdul Malik. Perintah tersebut berisi pelengseran Muhammad bin al Qasim dari jabatannya di Sindh. Lebih dari itu, Khalifah juga mengeluarkan perintah penangkapan. Layaknya pelaku kriminal Ibnul Qasim digelandang ke Iraq. Sepeninggal Jenderal Ibnu al-Qasim penaklukan daerah Sindh otomatis tertunda. Kaum muslimin hanya berdomisili di daerah- daerah yang telah ditaklukkan sepenuhnya. Sementara kondisi politik yang carut-marut di ibu kota kekhalifahan berpengaruh terhadap ketenangan dan keamanan di anak benua India. Maka, terjadilah berbagai pemberontakan dan peperangan di sebagian wilayah yang kurang mendapat dukungan pasukan muslimin.

Sebagian pemuka Sindh yang dulu meminta suaka ke Kashmir dan daerah lainnya berusaha kembali ke daerah asalnya. Bahkan, sebagian dari mereka berhasil mengembalikan dan menjalankan kembali kekuasaannya, karena diuntungkan oleh instabilitas dalam negeri dunia Islam.

Penutup

Demikian pelajaran dari Thaif dari keluarga Bani Tsaqifah yang bengis terhadap awal dakwah Rasulullah ﷺ, kejam terhadap Zubair bin Awam, tetapi mereka juga hafidz Al Quran dan pencinta kepada penghafal Quran. Keluarga Tsaqifah ini juga sangat mencintai dzuriat Nabi Muhammad ﷺ sehingga ikut serta membawa cucu-cucu Hasan al Mutsanna ke Pakistan diawal penaklukan Hindustan. Demikian pesan yang sampai kepada kita dari Thaif ke Pakistan, India sampai para pedagang dari Gujarat sampai ke Nusantara karena perompak di teluk India dapat dibebaskan oleh perintah Al Hajjaj melalui Jendral Ibnu al Qasim.

Apakah ada hubungan Nubuwat perang “ghazwa el Hind” pada pesan berantai ke Hindia kelak? Semoga mata rantai pesan ini ada, disaksikan muslimin kelak di dunia. Amiin.

Wallahu ‘alam bissawab

 

Al fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *