Al Mubasyirat Muhammad Qasim sebagai Pengingat Akhir Zaman, Seperti Azan yang Menjadi Pengingat Waktu Shalat

Al Mubasyirat Muhammad Qasim sebagai Pengingat Akhir Zaman, Seperti Azan yang Menjadi Pengingat Waktu Shalat

Oleh: Dr.dr.H.Jaya Mualimin, Sp.KJ, M.Kes, MARS

Muhammad Qasim dan Mimpinya tentang Azan

Pada tanggal 29 Maret 2022, Muhammad Qasim bermimpi di mana ia diminta untuk mengumandangkan azan dari puncak sebuah bukit. Bersama beberapa orang lainnya, ia mendaki bukit tersebut meskipun awalnya merasa ragu. Ketika mulai mengumandangkan kalimat “Allahu Akbar,” azannya terdengar sederhana, namun seiring dengan kelanjutannya hingga mencapai bagian “Hayya ‘alal Falah,” suara Qasim terdengar semakin indah dan profesional, seperti azan di masjid. Orang-orang yang berada di sekitar bukit mulai memperhatikan, terkesan dengan azan yang dikumandangkan olehnya. Mimpi ini seolah membawa pesan akan pentingnya seruan kebenaran sebagai pengingat bagi umat di akhir zaman.

Sejarah Azan sebagai Pengingat Waktu Shalat

Azan pertama kali disyariatkan pada tahun pertama Hijriyah di Madinah, ketika Nabi Muhammad ﷺ mencari cara untuk memanggil umat Islam melaksanakan shalat lima waktu. Para sahabat mengusulkan berbagai ide, seperti lonceng atau terompet, tetapi akhirnya melalui mimpi Abdullah bin Zaid, seruan azan ditetapkan sebagai penanda waktu shalat yang kemudian dikukuhkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Azan dan Mimpi Mubasyirat

Seolah menjadi satu ketetapan bahwa penanda waktu bersumber dari sebuah mimpi para sahabat Nabi lalu dikuatkan ketetapan dari Rasulullah ﷺ sampai akhir zaman.

Azan juga dijadikan pengingat peristiwa penting lainnya. Suatu ketika tamu penting sahabat At-Tarim ad Dari dari Yaman yang bercerita peristiwa yang pernah dialami bertemu Ad-Dajjal [Dikisahkan riwayat hadis panjang Tarim Ad-Dari yang mashur]. Azan juga dijadikan alat komunikasi pada beberapa peristiwa penting, baik konsolidasi atau persiapan peperangan. Selain itu ada riwayat hadis bahwa Azan dipakai untuk diperdengarkan di telinga kanan saat kelahiran Hasan dan Husain.

Hadis Nabi Muhammad ﷺ:

“Abu Rafi meriwayatkan: Aku melihat Rasulullah ﷺ mengazani telinga Al-Hasan ketika dilahirkan oleh Fatimah,” (HR Tirmidzi).

Muhammad Qasim dan Perjalanan Mimpi-Mimpinya

Mimpi Muhammad Qasim mengingatkan kita tentang cobaan yang akan datang dan membimbing dengan cara terbaik untuk menghadapinya. Mimpi-mimpi ini membimbing kita untuk dapat berfikir dan mempersiapkan diri dalam menghadapi masa-masa sulit. Mimpi-mimpi ini juga merupakan kabar gembira bagi umat dan memperingatkan tentang penderitaan yang akan datang dan juga tentang konspirasi orang-orang kafir melawan Islam. Mimpi Muhammad Qasim menunjukkan bahwa situasi akan segera memburuk dan kita harus melakukan perencanaan untuk mengatasi situasi itu. Mimpi Muhammad Qasim penting untuk disebarkan. Menurut mimpi ilahi Muhammad Qasim, perang dunia ketiga akan terjadi di Timur Tengah. Sebagian besar orang, terutama muslim akan binasa. Untuk menghindari malapetaka ini, kita harus bersatu dan menyebarkan mimpi-mimpi ini guna melakukan persiapan dan perencanaan yang baik untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa. Jika kita tidak mempersiapkannya, sejumlah besar orang yang tidak bersalah akan menjadi korban keganasan perang. Melalui mimpi Muhammad Qasim diharapkan orang-orang menjadi sadar tentang apa yang harus dipersiapkan untuk melindungi diri. Oleh karena itu, menyebarkan mimpi Muhammad Qasim kepada orang lain merupakan pekerjaan yang sangat penting untuk dilakukan. Menyebarkan mimpi Muhammad Qasim memberikan kesadaran akan masa sulit di masa depan Pakistan adalah salah satu negara yang patut diperhitungkan untuk menyebarkan mimpi Muhammad Qasim. Mimpi ini tidak hanya akan membawa kesadaran di antara orang Pakistan tetapi yang jauh lebih penting adalah membantu meyakinkan pimpinan utama (Perdana Menteri) Pakistan, Panglima Militer, agar dapat menangani situasi yang akan terjadi di masa mendatang. Kekacauan dan ketidakpastian terjadi di mana-mana termasuk di Pakistan. Ketika Panglima Militer mendengar cerita mimpi Qasim dengan cermat dan percaya padanya, maka Nabi Terakhir Muhammad ﷺ juga akan memberikan kesaksian kepadanya melalui mimpi dengan mengatakan bahwa mimpi Muhammad Qasim adalah benar dari Allah ﷻ .Tidak ada alasan untuk menolak mimpi.

Muhammad Qasim adalah orang biasa yang merupakan umat dan pengikut Nabi Terakhir Muhammad ﷺ .Dia telah menunggu mimpinya menjadi kenyataan selama 28 tahun terakhir. Sama seperti Nabi Yusuf AS menunggu dengan sabar selama bertahun-tahun dengan menanggung kesulitan dan masalah dalam hidupnya. Itu semua adalah kehendak Allah ﷻ kepada siapa saja yang dipilih-Nya untuk mendapatkan berkah khusus dan termasuk di antara orang-orang yang saleh. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Quran: “Dan demikianlah Kami berikan kepada Nabi Yusuf AS kekuasaan di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki, dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang yang berbuat baik” (Surat Yusuf 12:56).

Al-Mubasyirat sebagai Pengingat Waktu Akhir Zaman

Pada akhir zaman, sesuatu tidak diragukan lagi bahwa mimpi baik dan benar atau mendekati kebenaran disebut al-mubasyirat dari orang mukminin merupakan dalil-dalil atau tanda tanda khusus dari Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa mimpi yang baik dan benar itu merupakan seperempat puluh enam (1/46) dari kenabian. Dari Anas dan Ubadah bin Ash Shamit ra bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “ Mimpi orang beriman itu merupakan seperempat puluh enam dari kenabian.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Turmudzi dan Abu Daud)

Mimpi baik seorang mukmin merupakan kabar gembira bagi amal amal baiknya dan merupakan sebagian tanda dekatnya kiamat. Rasulullah ﷺ telah menjelaskan bahwa mimpi seorang mukmin di akhir zaman, sedikit sekali yang bohong atau terjadi dari setan.

Rasulullah ﷺ bersabda,” Jika zaman itu telah dekat (kiamat) , banyak mimpi orang beriman tidak bohong. Dan, sebenar benar mimpi di antara kalian adalah mimpi orang yang paling jujur dalam perkataan.” (HR Muslim)

Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: “Mimpinya orang muslim adalah yang dia lihat, atau yang diperlihatkan kepadanya. Dan di dalam Hadits Ibnu Mushir; “Mimpi yang baik adalah bagian dari empat puluh enam kenabian.” (HR Muslim)

Kesimpulan

Azan bersumber mimpi para Sahabat Nabi, mimpi adalah berasal dari Allah ﷻ dikenal sebagai al-Mubasyirat. Mimpi yang dialami oleh Muhammad Qasim juga berasal dari Allah ﷻ dan telah bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ. Qasim telah diperintahkan untuk menyampaikan berita gembira dan peringatan kepada seluruh manusia di bumi. Semoga kita termasuk orang yang menerima petunjuk-Nya. Sehingga kita selamat dari fitnah dan bala bencana akhir zaman.

Wallahu ‘alam bissawab

Al fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *