Penulis: Indah Bintan Kamila Khalid
Untukmu yang menunggu fatwa ulama, adalah benar bahwa kita dididik dalam ajaran agama Islam untuk tawadhu dan merasa bodoh terkait ilmu agama. Hikmahnya tentu agar kita tidak sembarangan dalam mentafsir ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits. Ada disiplin ilmu yang mungkin sebagian dari kita bukan ahli di bidang tersebut. Itu sebabnya kita merujuk pada ulama yang mereka pun merujuk pada salafush shalih. Salafush shalih merujuk dari tabi’ut tabi’in yang merujuk kepada tabi’in. Tabi’in ini merujuk kepada para shahabat nabi dimana para sahabat merujuk langsung pada Nabi Muhammad ﷺ .
Namun, hikmah yang mulia ini, alangkah baiknya tidak berubah menjadi keadaan yang sebaliknya. Justru ketawadhu’an ini menjadi tidak hikmah lagi. Yakni menjadi taklid.
Ingatlah saudaraku, mungkin ke’aliman kita tidak melampaui para ulama, itu mungkin saja. Tapi ingatlah bahwa ‘ilmu Allah ﷻ melampaui seluruh hamba-Nya. Apa maksudnya?
Jika Anda menunggu fatwa ulama terkait fenomena Muhammad Qasim bin Abdul Karim dikarenakan Anda tidak mau mendahului ulama, maka dahulukanlah Allah ﷻ dalam meminta fatwa-Nya.
Ia lah Rabb semesta alam. Rabb yang menciptakan hamba-hamba-Nya berikut takdir-takdirnya sekaligus. Yang paling tahu takdir dari setiap makhluk ciptaan-Nya. Bahkan satu daun pun yang gugur tak luput dari catatan-Nya.
Mengapa Anda tidak mendahulukan meminta petunjuk kepada-Nya? Lupakah Anda dalam mendahulukan meminta petunjuk-Nya? Jika tabayun saja tidak Anda lakukan, menelitinya saja tidak Anda lakukan, atau Anda hanya meneliti sedikit dengan ego kesombongan yang masih melekat pada jiwa Anda sehingga Anda gegabah dalam menyimpulkan? Jika begitu adanya Anda, maka Anda telah TAKLID. Apakah buah ketawadhu’an itu telah membentuk Anda menjadi Taklid? Sedangkan Taklid menjurus kepada ke-SYIRIK-an.
Karena Anda tidak meminta sungguh-sungguh kepada Allah ﷻ petunjuk mengenai siapa itu Al-Mahdi. Padahal dalam meminta dan merayu kepada Allah ﷻ saja, terkadang kita yang mesti mengayuh do’a tersebut bagaikan mengayuh sepeda. Terus diulang-ulang hingga sampai. Ada yang mengayuhnya sejak kecil. Ada yang disertai mengorbankan sesuatu baik hartanya, umurnya, waktunya, dan hidupnya demi terkabulnya do’a-do’anya. Tapi Anda hanya menunggu? Menunggu fatwa dari makhluk? Sedangkan Allah Rabb yang memiliki seluruh jawaban. Sampai dimanakah kesungguhan dan ketekunan Anda berdo’a kepada Allah ﷻ dalam hal meminta ditunjuki siapa Al-Mahdi.
Apakah perkara Al-Mahdi ini tidakkah penting bagi Anda? Tidakkah Anda berkeinginan menjadi bagian dari pasukannya? Bukankah Anda termasuk dari sebagian orang yang merindukan Rasulullah ﷺ? Andakah yang mengakatan rindu hidup bersama Rasulullah ﷺ? Andakah yang berandai-andai ingin berjumpa Rasulullah ﷺ? Tidakkah Anda ingin memuliakan keturunan Rasulullah ﷺ yang paling shahih dan qat’i nasabnya dikarenakan dia lah Al-Mahdi yang diklaim Rasulullah ﷺ sebagai keturunannya?
Maka buktikanlah. Buktikanlah kerinduan kecintaan Anda pada Nabi terakhir Muhammad ﷺ . Sambutlah peristiwa besar ini. Bersyukurlah Anda masih mendapatkan kesempatan terlahir pada zaman yang Rasulullah ﷺ sebut-sebut sebagai umat yang paling besar imannya.
Umar bin Khatthab pernah berkisah. Saya bersama Rasulullah ﷺ sedang duduk-duduk. Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat, “Katakan kepadaku, siapakah makhluk Allah ﷻ yang paling besar imannya?” Para sahabat menjawab, “Para malaikat, wahai Rasul”. Nabi ﷺ bersabda, “Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah ﷻ telah memberikan mereka tempat”. Para sahabat menjawab lagi, “Para Nabi yang diberi kemuliaan oleh Allah ﷻ, wahai Rasul”. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah ﷻ telah memberikan mereka tempat”. “Wahai Rasul, para syuhada yang ikut bersyahid bersama para Nabi,” jawab mereka kembali. Rasul bersabda, “Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah ﷻ telah memberikan mereka tempat”. “Lalu siapa, wahai Rasul?,” tanya para sahabat. Lalu Nabi ﷺ bersabda, “Kaum yang hidup sesudahku. Mereka beriman kepadaku, dan mereka tidak pernah melihatku, mereka membenarkanku, dan mereka tidak pernah bertemu dengan aku. Mereka menemukan kertas yang menggantung, lalu mereka mengamalkan apa yang ada pada kertas itu. Maka, mereka-mereka itulah orang-orang yang paling utama di antara orang-orang yang beriman”.
Dalam hadits-hadits pula diceritakan, bahwa pasukan Imam Mahdi digambarkan sebagai pasukan yang paling kuat dan tak pernah terkalahkan. Hati mereka bagaikan kepingan besi. Jikapun mereka berniat memindahkan gunung pun niscaya mereka akan berhasil melakukannya.
“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Selanjutnya Persia (Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Selanjutnya kalian perangi Rum (Romawi), dan Allah beri kalian kemenangan. Selanjutnya kalian perangi Dajjal, dan Allah beri kalian kemenangan.” (HR Muslim 5161)
Rasulullah ﷺ bersabda : “Al-Mahdi akan muncul setelah keluarnya Panji-panji Hitam dari sebelah Timur, yang mana pasukan ini tidak pernah kalah dengan pasukan mana pun.” (Ibnu Majah)
Perkataan Ali RA dalam atsar sahabat menggambarkan dahsyatnya tekad pasukan penolong Al-Mahdi:
“Al-Mahdi berserta pasukan penolongnya akan muncul dari Timur. Sekiranya gunung menjadi penghalang (perjalanan) mereka, niscaya gunung itu akan (mereka pukul sehingga) hancur rata menjadi jalan mereka.”
Saudaraku, betapa banyak riwayat yang menggambarkan kemuliaan dan kesatriaan jiwa pasukan Imam Mahdi. Tidak inginkah Anda menjadi bagian tersebut? Apalagi yang membuat Anda tidak berusaha sekeras mungkin untuk menjadi bagian dari kebangkitan umat Islam di akhir zaman. Berusaha sekeras mungkin untuk berdoa meminta petunjuk kepada Allah ﷻ siapa itu Al-Mahdi, dibandingkan Anda hanya berusaha seadanya, berdoa seadanya sambil menunggu-nunggu fatwa ulama. Begitukah?
Ketahuilah Imam Mahdi tidak muncul secara tiba-tiba langsung dibai’at. Tidak!
Banyak hadits yang menunjukkan proses-proses perjuangan Al-Mahdi.
“Akan ada orang-orang yang keluar dari sebelah Timur, lalu Mereka mempersiapkan segala urusan untuk Al-Mahdi, yakni pemerintahannya.” (Ibnu Majah & At-Tabrani)
Muhyiddin Ibn ‘Arabi melanjutkan : “Sesungguhnya apabila Al-Mahdi sudah keluar maka seluruh kaum muslimin menjadi gembira, baik para pemuka maupun orang-orang awam. Ia mempunyai pembantu-pembantu yang membantunya menegakkan dakwahnya. Mereka adalah para wazir yang melaksanakan segala urusan pemerintahan dan membantunya dalam segala urusan yang dipercayakan oleh Allah kepadanya.”
Bahkan, Laki-laki dan perempuan berkesempatan termasuk menjadi bagian dari pasukan Imam Mahdi Al-Amin.
“Tiga ratus empat belas orang yang di antaranya adalah perempuan, bergabung dengan Al-Mahdi yang akan bertindak ke atas setiap pemimpin yang berbuat zalim dan menegakkan keadilan seperti yang diharap-harapkan oleh semua orang. Setelah itu, tidak ada kebaikan lagi di muka bumi ini yang melebihi kebaikan pada masa Al-Mahdi.”