Penulis: Ustadz Chairullah
Recep Tayyip Erdogan adalah salah satu tokoh Internasional yang ada di dalam mimpi Muhammad Qasim. Pria kelahiran 1954 yang menjabat sebagai Presiden Turki sejak 2014, beberapa kali muncul di mimpi Muhammad Qasim. Namun tulisan ini tidak membahas mengenai Erdogan di dalam mimpi Muhammad Qasim. Tapi, membahas salah satu pidato yang sangat menarik, karena ada hikmah yang dapat diambil dari pidato tersebut. Bagaimana pidato Erdogan? Dan hikmah apa yang dapat diambil? Berikut penjelasannya.
Pidato Erdogan
Pidato Erdogan yang berlangsung pada hari Minggu 21 Juli 2019 di Turki, berikut ini isi pidatonya:
Bismillahirrahmanirrahim.
Pendiri kekaisaran Mongol bernama Jenghis Khan. Cucunya bernama Hulagu Khan merebut kota Bahgdad dan menjarah habis kota sampai habis kekayaan negeri tersebut. Beberapa sumber berkata jumlah korban jiwa 200 ribu jiwa, sedangkan sumber lain mengatakan 400 ribu jiwa. Masjid- masjid di Bahgdad yang telah berdiri juga perpustakaan yang telah berdiri berabad-abad, hampir semuanya dihancurkan oleh pasukan Tartar.
Penguasa zolim ini mendirikan markas besarnya di luar kota dan Hulagu memberikan pengumuman. Dia berkata ingin berjumpa dengan ulama yang paling berilmu disaat itu. Tentu tidak ada seorang pun yang berani menemui Hulagu karena dia terkenal bengis dan kejam. Akhirnya muncul seorang pemuda bernama Kadihan. Dia bahkan belum memiliki jenggot. Dia seorang guru madrasah.
Dia bersedia memenuhi undangan ini dengan sukarela. Ini sangat menarik. Di tengah-tengah perjalanan dia membawa seekor unta, seekor kambing, dan seekor ayam jantan.
Dia tiba di markas besar Hulagu. Hulagu heran memandangi pemuda itu dari ujung rambut sampai ujung kaki dan berkata, “Mereka hanya mendatangkan orang seperti kamu untuk bertemu dengan ku?”
Dengan tenang Kadihan menjawab, “Jika Anda ingin bertemu yang lebih besar, di luar ada unta. Jika Anda ingin bertemu dengan yang lebih berjenggot di luar ada kambing. Dan jika Anda ingin bertemu dengan yang mempunyai suara keras, di luar ada ayam jantan. Anda dapat bertemu dengan apa yang anda inginkan.”
Hulagu sadar pemuda ini bukan orang sembarangan. Ia lalu memberikan pertanyaan kepada anak muda tersebut. “Katakan kepadaku apa yang telah membawaku sampai di sini?”
Anak muda tersebut memberikan jawaban yang sangat dalam maksudnya, “Perbuatan kami lah yang telah membawa kamu ke sini. Kami tidak pernah lagi bersyukur nikmat pemberitaan Allah ﷻ. Kami tenggelam dalam kesenangan dunia dan berfoya-foya. Kami hanya sibuk mengejar pangkat jabatan dan kekayaan. Maka Allah ﷻ lah yang telah menggerakkan mu untuk menarik kembali semua nikmat itu.”
Hulagu kembali memberi pertanyaan, “Lalu apa yang dapat mengusirku dari sini?”
Lalu Kadihan menjawab, “Jika kami mensyukuri nikmat yang Allah ﷻ berikan dan kami berhenti bertikai satu sama lain. Maka Anda tidak akan lama bertahan di sini.”
Erdogan pun menutup pidatonya dengan mengajak umat Islam untuk bersatu dan tidak saling bertikai lagi.
Hikmah Pidato Erdogan
Ada 3 hikmah dari pidato Erdogan. Apa saja?
1. Hakikat ketaqwaan tidak bisa hanya dilihat dari penampilan zohirnya saja. Akan tetapi ketaqwaanlah yang akan membuat penampilan zohir mempunyai nilai di sisi Allah ﷻ
2. Terjadinya musibah di dunia ini karena perbuatan atau amalan umat Islam sendiri yang telah jauh dari perintah Allah ﷻ. Sehingga amal-amal manusia yang naik ke langit dalam keadaan hitam kelam. Maka yang turun pun dari langit adalah sesuatu yang hitam kelam juga seperti bala dan mala petaka.
3. Umat Islam harus bersyukur dan bersatu dan inilah perintah Allah ﷻ dalam mimpi-mimpi Muhammad Qasim. Beliau mendapatkan perintah dari Allah ﷻ untuk menyatukan kembali umat Islam yang telah terkotak-kotak dalam harokah mereka masing-masing. Serta membuat percontohan kehidupan Islami yang murni dan sejati sebagai rahmatan lil alamien. Dan mempunyai kedaulatan memimpin umat manusia demi tersebarnya hidayah dan kesejahteraan seperti di zaman Nabi Muhammad ﷺ.
Mantab Bang Khairul analisis antum,memang kunci keberkahan turun dari langit apabila ummat islam terpikir dan berusaha untuk bersatu , kemudian berjihad lisan yaitu dakwah sebelum jihad qital ( perang ) bersama pemimpin akhir zaman yaitu Imam Mahdi.
Kami juga menunggu analisis yang lain dari Ustadz Ardy Iskandar. InsyaAllah