Sistematika Turunnya Wahyu Al Quran Inspirasi Memahami Al Mubasyirat Muhammad Qasim

Sistematika Turunnya Wahyu Al Quran Inspirasi Memahami Al Mubasyirat Muhammad Qasim

Oleh: Dr.dr.H.Jaya Mualimin, Sp.KJ, M.Kes, MARS

Mukadimah

Pemahaman dalam kesempurnaan Islam adalah mengetahui proses pengetahuan secara menyeluruh dari awalan hingga akhiran Islam itu sendiri, baik saat pertama kali kemunculannya dan tumbuh kembang serta proses tahapan pengakuan dari masyarakat. Kajian Sirah Nabawiyah menjadi sangat penting dikaji dan dipahami seksama. Sirah Nabawiyah dan buku-buku sejarah perjalanan Rasulullah ﷺ dapat dijadikan rujukan dalam memahami al-Islam sesuai manhaj ilahiah. Merujuk pada Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dan buku-buku sirah lainnya termasuk Manhaj Haraki karya Syaikh Muhammad Ramdhan al Buthi [rujukan kaderisasi dakwah] beberapa risalah sebagai panduan gerakan dakwah modern diawal tahun 80-an sampai masa akhir masa milenium ini menuju periode nubuwat kembali diakhiran umur umat Islam.

Lima Surat Al Quran Pertama Turun

Ada satu pemikiran cemerlang seorang guru pertama Hidayatullah adalah sistem periode turunnya wahyu. Lima surat pertama yang dikenal Sistematika Nuzulnya Wahyu. Metode mengupas tuntas bagaimana jiwa kader dakwah ditempa langsung Allah ﷻ dengan turun wahyu-wahyu pertama beserta asbabun nuzul. Inspirasi nuzulnya wahyu bersamaan dengan minimnya penerimaan masyarakat Arab saat itu, padahal ilmu pengetahuan masyarakat Arab sangat maju [ilmu kesusastraan, ilmu nasab dan takwil mimpi sangat maju dalam tradisi Makah]. Setting kondisi sosial “jahiliah” yang dikenal karena begitu banyak simbol kesyirikan masa itu dengan patung-patung termasuk 360 patung di sekitar Kabah.

Sehingga sangat jelas ketika Muhammad ﷺ menyampaikan pesan wahyu pertamanya tentang menjauhi kesyirikan dianggap asing dan lantas ditolak oleh masyarakat. Islam dianggap gharib/asing dan kelak kemunculan diakhir usia Islam juga akan dikenal asing diantara kejahiliahan modern.

Hadis Nabi ﷺ:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال َ: قَالَ رَسُولُ اللّهِ قال : بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيباً فَطُوبىَ لِلْغُرَبَاءِ

“Dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah bersabda, “Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.”

Umur umat Islam hampir mencapai 1500 tahun, maka sangat relevan dalam memahami proses ini. Islam dengan kekinian zaman saat Islam telah dilupakan dan nyaris dilupakan sebagian besar umat karena kesyirikan modern. Islam sedang menuju periode terakhir fase minhaj nubuwat kembali melalui al Mubasyirat.

Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW)

Konsep ini sangat menarik dan sangat relevan untuk dikaji ketika al mubasyirat telah berlangsung kurang 13 tahun pengkabaran. Penyampaian mimpi dari Allah ﷻ dengan tema pesan meninggalkan kesyirikan dianggap aneh dan asing oleh umat Islam pada umumnya termasuk oleh tokoh agama dan cendekia.

Kondisi Sosial Keagamaan di Jazirah Arab

Jazirah Arab atau disebut Hijaz pada abad awal kelahiran Muhammad ﷺ dikelilingi oleh pengaruh yang berbeda, baik dari sisi intelektual, keagamaan maupun material, baik yang datang dari Byzantium, Suriah (Aramaik), Persia dan Abisinia, maupun yang datang melalui kerajaan Gassan, Lakhmi dan Yaman. Di satu sisi agama Kristen berhasil memantapkan kedudukannya di Najran, dan agama Yahudi di Yaman dan Hijaz.

Ada kesamaan empirik kondisi pra-Islam dan kekinian. Saat itu kekristenan, yahudian dan menjadi tradisi keagamaan dan bercampur dengan patung dan berhala yang dibangga-banggakan. Ada Latta, Manat, Hubbal yang diyakini sebagai warisan spiritual nenek moyang Arab. Jazirah Arab ini unik karena sebagai besar masih berpegang pada agama nenek moyang. Yahudi dan Nasrani Keduanya tidak mempengaruhi hati orang-orang Arab Utara. Tetapi pengaruh paganisme yang telah berkembang di semenanjung Arab secara keseluruhan tampaknya telah dititik puncak (antiklimaks). Ketika agama nenek moyang tidak bisa lagi memenuhi tuntunan spiritual masyarakat. Ada kelompok masyarakat yang masih kokoh dengan ajaran monoteisme. Kelompok itu disebut kaum Hanif (berasal dari Bahasa Aramik melalui orang-orang Nabasia). Tokoh-tokoh itu antara lain Umayyah Ibnu Abi Salt (w.624M) sepupu kedua dari jalur ibunda Nabi, dan Waraqah bin Naufal sepupu Istri Nabi termasuk dalam kelompok Hanif ini. Meskipun sumber lain menyebutkan Waraqah bin Naufal adalah pemeluk agama Kristen. Merekalah yang awal diberi hidayah untuk menyambut keterasingan Islam dari hiruk pikuk keumuman masyarakat Arab pada saat itu.

Agama Samawi telah mempengaruhi Jazirah Arab walaupun praktek paganisme menjadi umum di masyarakat Arab.

Kondisi Islam Modern

Tidak akan mungkin ajaran Islam itu punah/hilang di muka bumi ini, tetapi justru menjadi agama dengan perkembangan nomor satu dibanding agama samawi lainnya. Kecuali terjadi peristiwa apocalypse besar seperti incuisisi di Spayol dan Portugis dan pembantaian Islam yang menyebabkan hilang satu generasi atau genocide. Termasuk perang malhamah kubra yang akan terjadi di akhir masa. Perkembangan Islam dibarengi banyaknya tokoh, alim ulama dan pakar-pakar semua ilmu temasuk para penghafal Quran dan Hadis serta sejarah para imam mahzab. Seiring dengan semua itu, perbedaan keilmuan, mahzab dan tatacara ibadah justru menjadi problem utama, alih-alih menjadi satu ummat, umatan wahidan tapi Islam tidak dikenal oleh masyarakatnya karena praktek paganisme kembali muncul dengan nuansa seni, ilmu pengetahuan dan artistik. Kultur ini adalah perbuatan syirik, tahayul. Timbul pertikaian, perpecahan sebagai amalan masyarakat sehari-hari. Ajaran Islam becampur dengan ajaran lain sehingga masyarakat tidak mengenal Islam secara sempurna. Islam menjadi asing kembali seperti pada saat kemunculan awal.

Metode Pemahaman Hidayatullah

Metode sangat menarik seorang guru utama seorang pemuda Muhsin Kahar. Pada tahun 1973 bertepatan dengan 02 Dzuhijah 1329 H. Ia dikenal KH. Abdullah Said yang membuka lahan di kota Balikpapan. Abdullah Said menyampaikan bagaimana selama 13 tahun di awal kenabian berhasil menanamkan ideologi di hati para sahabat tidak terlepas dari ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah ﷻ turunkan. Dengan hikmah-Nya Rasulullah ﷺ berhasil membentuk kepribadian qur’ani para sahabat. Adapun ayat-ayat yang menjadi pondasi Rasulullah ﷺ dalam membina para sahabat ini terkumpul dengan nama Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an).

Allah telah menurunkan Al Quran yang menakjubkan diawal perjuangan Rasulullah ﷺ dan para Sahabat dan terbukti. Adapun ayat-ayat yang menjadi induk Al-Qur’an itu tertera lima surat awal kenabian. Surah-surah dalam kandungan Sistematika Wahyu Al-Alaq 1-5 perintah membangun hidup bertauhid dengan benar (meninggalkan syirik), Al-Qolam 1-7 memuat aturan hidup berlandaskan Al-Qur’an, Al-Muzamil 1-10 berisikan perintah untuk menjaga stamina ruhiyah, Al-Muddatstir 1-7 perintah untuk berdakwah dan berjihad di jalan Allah, dan yang terakhir adalah Al-Fatihah 1-7, surah ini memuat prinsip masyarakat dalam Islam.

Asbabul Nuzul nya 5 surat ini dapat dijadikan pelajaran dalam memahami al Mubasyirat di akhir zaman ini.

Abdullah Said memberikan pelajaran yang sangat penting dalam transformasi kepemimpinan di masa yang akan datang dengan memahami konsep Sistematika Nuzulnya Wahyu untuk mempelajari kondisi masyarakat jazirah Arab pada saat 5 surat tersebut turun untuk mengokohkan keimanan sahabat asabuqunal awalum

Awal Penolakan Masyarkat Umum

Fase Makah & Madinah

Nabi Muhammad ﷺ berdakwah dimulai saat dibi’tsah 40 tahun ketika Jibril AS hadir menyampaikan wahyu pertama kali. Dakwah dimulai tertutup selama 3 atau 4 tahun, dilanjutkan terbuka pada tahun ke-4. Pada tahun ke-8 menjajaki dakwah keluar Makah yaitu mulai ke kota Abisinia, Thoif dan Yastrib. Fase ini diakhiri dengan hijrah. Selama 13 tahun kondisi yang sangat payah, tidak ada bukti-bukti pertolongan Allah ﷻ kecuali turunnya wahyu sebagai penguat pribadi-pribadi pilihan.

Fase setelah hijrah adalah pembuktian dari fase sebelumnya di fase Makah, maka pertolongan Allah ﷻ dan dakwah Rasulullah ﷺ berkembang pesat.

Konsep Sirah Nabawiyah ini menginspirasi dakwah dan banyak ulama cendekia ahli menjadikan sebagai kajian dan manhaj yang relevan terhadap perjuangan di tahun-tahun itu. Berbagai aliran muncul antara lain gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin, Jamaah Islam, Hizbu Tahrir, Jamaah Tabligh dan masih banyak lagi. Termasuk yang bersifat lokal ke-Indonesia-an keagamaan, misalnya Nahdotul Ulama, Muhammadiyah dan Ormas di Timur bernama Hidayatullah.

Kisah Kecil Sambutan Wahyu

Amar bin Yasir dan beberapa kisah sahabat yang menyambut wahyu Nabi Muhammad ﷺ antara lain dari Keluarga Abu Jahal sendiri. Ia adalah keluarga Yasir. Ammar bin Yasir adalah anak tunggal dari keluarga sederhana, tetapi ibu dan ayah sangat sayang kepadanya. Ibunya sering menunggui Amar pulang. Suatu saat dini hari, Amar pulang dari Arqom bin Abil Arqom, ibu dan ayahnya selalu mengingatkan Amar agar memuliakan patung-patung sebagai Tuhan. Saat patung jatuh dan patah, Amar mengatakan Tuhan sendiri tidak bisa menolong dirinya. Sumayah, sang ibu pun cerita ketika kecil saat mau dikubur hidup-hidup ayahnya, Tuhan pun tidak bisa menolong. Demikian kisah keluarga Yasir dapat menerima wahyu Muhammad dengan logika sederhana dari keluarga yang sederhana.

Huzaifa bin Utbah bin Rabiah adalah pemuda yang suka mabuk dan hura-hura. Tetapi setelah mengikuti Nabi Muhammad ﷺ ia menjadi pemuda yang berbakti kepada ibunya. Dengan alasan mengikuti Nabi ﷺ, ia menjadi lebih baik perilaku dan perangainya.

Cerita Bilal bin Rabah. Ia mau menyambut wahyu. Ia selalu berpikir bahwa Muhammad ﷺ selama kehidupannya, dikenal jujur, tidak pernah berdusta, ia juga bukan tukang sihir sehingga dijuluki kaumnya Al Amin. Mengapa pembesar kaum, ulama-ulama pada saat itu sangat membenci dan mencemooh Muhammad ﷺ padahal sejatinya mereka sangat kenal bahwa Nabi ﷺ adalah orang jujur, amanah, menepati janji, termasuk tuan majikan Bilal sendiri (Umayah bin Khalaf) yang bersikap hipokrit. Karena hari-hari yang dialami Bilal tersebut menjadi tertarik menemui Nabi ﷺ.

Suhaib bin Sinan Ar-Rumi adalah budak dari Romawi ketika dasas-desus berita dari tuan majikan/Tuannya dan orang-orang Romawi bahwa ada pemuda yang mengaku sebagai Nabi di Makah.Maka Suhaib langsung pulang mencari pemuda tersebut, ia memeluk Islam.

Sambutan sebagian besar Masyarakat menolak Wahyu

Berbeda pandangan dan cara berpikir beberapa dari kalangan ulama dan tokoh Quraisy, lebih banyak tidak percaya malah cenderung merintangi, menghalangi.

Meskipun secara diam-diam mereka mengakui kebenaran Muhammad ﷺ, tetapi karena keangkuhan menutup hatinya. Beberapa kisah menarik; Pada suatu malam, pada awal turunnya wahyu tiga orang kafir Makkah yaitu Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Al-Akhnas berkumpul tanpa sengaja dan mendengarkan lantunan bacaan Al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Al-Akhnas bertanya pada Abu Sufyan, “Bagaimana pendapatmu mengenai isi bacaan tersebut?” Abu Sufyan menjawab, “Aku mengakui kebenaran sebagian isinya dan mengingkari sebagian lainnya, lalu bagaimana denganmu?” Al-Akhnas menjawab, “Aku berpikir itu adalah sebuah kebenaran.”

Masih banyak lagi cerita orang-orang pertama yang mempercayai Nabi ﷺ ketika awal-awal wahyu. Terutama dari luar daerah Makkah antara lain, Abu Zar al Gifari, dan termasuk penduduk Yastrib suku Aws dan Khajroz 3 tahun setiap musim haji sengaja datang ke Makah untuk mencari keberadaan Muhammad ﷺ dan berakhir dengan perjanjian saling menolong. Awal hijrah ke Madinah al Munawarah. Sahabat Anshar dari Yastrib ini segera menjemput pemimpin tanpa berpikir banyak kecuali mereka mendengar dari Yahudi Yastrib dan sudah jenuh selalu bertikai/berperang (pasca bu’ath).

Belajar al Mubasyirat

Mempelajari turunnya wahyu memberikan pelajaran bahwa masyarakat tidak serta merta langsung mempercayai wahyu tersebut bahkan umumnya mencemooh dan menanggapi Muhammad ﷺ gila atau kena bisikan syaithan. Seandainya kita ditakdirkan hidup pada masa itu, tahun 618 Masehi kita berumur 40-50 tahun dengan status sosial seperti sekarang, belum tentu kita mengikuti pilihan Bilal, Yasir dan Amar, Suhail? Bisa jadi kita ikut mayoritas masyarakat Quraisy.

Penutup

Sebagaimana al mubasyirat yang menggenapi umur akhir umat Islam ini. Al Hafidz Ibnu Hajjar al Asqolani dan Imam Jalaluddin as suyuti telah menyampaikan telaah hadisnya bahwa umur umat Islam tidak lebih 1500 tahun, maka kejadian dan peristiwa diatas harus terjadi sesuai dengan pemahaman kesempurnaan Islam. Al mubasyirat telah mengawali akhir zaman ini.

 

Wallohu alam bissawab

 

Al fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *