Segera Hadir Nabi Isa bin Maryam AS dan Kontroversi Hadirnya Nabi Khidir AS Bersama Umat Kekinian

Segera Hadir Nabi Isa bin Maryam AS dan Kontroversi Hadirnya Nabi Khidir AS Bersama Umat Kekinian

Oleh: Jaya M. Munawar Al Badriah

Mukadimah

Ada empat Nabi Allah yang diberikan umur panjang walaupun masih menjadi pendapat dari para ulama, cendekia. Mereka adalah: Nabi Idris AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Khidir AS dan Nabi Isa AS, dan diantara empat Nabi Allah ini ada satu yang akan diturunkan lagi ke dunia pada penghujung akhir zaman. Ia akan bertemu pemimpin umat Islam kelak, kemudian ia hidup sampai wafat. Ia adalah Nabi Isa bin Maryam AS.

Nabi Isa bin Maryam AS

Ia adalah Nabi yang ke-24 dengan jarak kenabian dari Nabi ﷺ kira-kira 500 tahun. Ia istimewa karena dilahirkan melalui perawan mulia Mariam. Ia dengan mukjizat Allah bisa menghidupkan orang mati, dapat menyembuhkan penyakit katastropik (sopor, kanker_red), pada umur 33 tahun ia diangkat ke langit ke-6. Ia akan datang lagi pada saat Dajjal dan tentaranya membuat keonaran di dunia. Sebagian besar sepakat cerita ini kecuali hanya sedikit.

Waktu Hadirnya

Isa AS akan hadir di penghujung umur umat Islam dalam menghadapi Dajjal. Ia turun membantu pemimpin akhir zaman dalam menuntaskan misi risalah Muhammad ﷺ yang telah dirusak oleh manusia rakus dan rusak.

Nabi Idris AS dan Nabi Ilyas AS

Nabi Idris dan Nabi Ilyas pada masa hidupnya jauh sebelum Nabi Isa dan Nabi Muhammad ﷺ. Dalam riwayatnya mereka pada akhirnya dipanjangkan umurnya lalu diangkat Allah ﷻ ke langit ke-6. Dua Nabi Allah ini tidak terdapat polemik dari para ulama berkaitan aktifitas di dunia saat ini apakah mereka bertemu kepada umat ini, tradisi keilmuan pada kedua Nabi Allah ini tidak dilazimi memberi bimbingan kehidupan kita walaupun umurnya panjang sampai hari kiamat. Mereka tetap hidup di langit yang dikehendaki Allah ﷻ.

Nabi Khidir AS

Berbeda cerita turun temurun dari riwayat Nabi Khidir AS, ia sangat sering diceritakan menemui orang yang akan dikehendaki menjadi wali-wali Allah. Cerita ini lah yang sering menjadi misteri kontroversi dan perbedaan pendapat dari para ulama sendiri, cendekia. Tradisi ini menjadi catatan sejarah panjang terutama dari kalangan tuan Guru, Mursyid, Murid, dan kalangan awam sehingga banyak bumbu-bumbu sedap mistis, spiritualisme, keyakinan diantara umat ini yang ditambah dengan cerita kurafat dan takhayul. Padahal Al-Quran telah menjelaskan Nabi Khidir hidup sezaman dengan Musa AS, hanya Musa AS yang telah dipertemukan ketika Allah ﷻ sedang mengujinya karena ada sedikit kesombongan ilmu kepada Allah ﷻ, maka Allah utus Khidir AS. Maka dalam pertemuan sangat singkat tersebut diceritakan sangat menarik antara dua ilmu dengan sudut pandang yang berbeda dan Musa AS mengakui sedikit pengetahuan dibandingkan keilmuan Khidir AS.

Fenomena Bertemu Nabi Khidir AS

Khidir AS sangat dikenal luas pada kehidupan umat ini selama beratus tahun menjadi warna kehidupan dalam keyakinan kewalian yang berkembang terutama di kalangan komunitas Tarekat. Ada sebuah tradisi sufi-sufi, suluk-suluk menjadi budaya tarekat-tarekat di seluruh dunia sehingga di sisi lain para ulama syariat mengingatkan hal-hal yang dapat menjatuhkan praktek ini dalam kesyirikan kepada Allah ﷻ. Hanya Nabi Musa AS saja dalam al Quran diceritakan dipertemukan Allah ﷻ dengan Khidir AS, sedangkan Nabi Muhammad ﷺ selama hidupnya tidak ada (belum ada) riwayat bertemu dengan Nabi Khidir AS, maka pendapat sebagian besar para ulama tidak percaya bahwa Khidir AS masih hidup atau bahkan memberi petunjuk apapun kepada umat ini. Di kalangan ahli tarekat memang peran Khidir AS menjadi strategis dan dipercaya karena ia sering menjadi rujukan dalam semua perkara keghaiban, apakah ini benar atau keliru. wallahu a’lam.

Sosok Khidir AS

Dalam banyak keyakinan budaya sufi sosok Nabi Khidir adalah seperti orangtua yang Darwis, bersorban putih lusuh, bawa tongkat, ia berkelana, ia ditugaskan bertemu dengan calon wali, para wali dan Aulia menyampaikan khabar dan memberi nasihat. Maka berutunglah bagi siapa saja yang ditemui akan menjadi kekasih Allah dan orang suci. Keyakinan ini lah yang menjadi fenomena dan dipercaya masyarakat sampai hari ini. Padahal tidak menutup kemungkinan kepercayaan ini akan memunculkan kesombongan beragama, merasa dekat dengan hal ghaib [alam transcendent], padahal kondisi trance ini terjebak dari perangkap syaitan untuk mengelabuhi manusia. Ada cerita menarik dari kalangan sufy sendiri dalam Kitab Manaqib “Sultanul Aulia Syaikh Abdul Qadir al Jailani”, satu ketika ia didatangi cahaya terang, ia mengaku Tuhan. Syaikh tidak tertipu lalu ia lemparkan sandalnya untuk mengusir iblis tersebut.

Rahib Yahudi versus Kewalian

Islam tidak menganut kerahiban seperti Yahudi. Rahib-Rahib menciptakan kekuasaan keagamaan, menanggap bahwa Rahib wakil Tuhan yang membuat aturan dalam beragama. Di kalangan tarekat juga ada istilah wali abdal, malmatiyah, wali al-Goust dan istilah lain. Semoga hanya istilah dalam bertaqqorub illa Allah dalam menjalankan semua suluknya agar menjadi kekasih-Nya. Al-Quran telah mengajarkan bahwa orang yang mulia disisi-Nya adalah derajat ketakwaan, bukan nasab, bukan kedudukan sosial dan bukan status sosial dan bukan harta kekayaan serta bukan jumlah murid nya yang berjuta-juta jumlahnya. Kewalian sesungguhnya adalah orang yang tidak pernah takut selain Allah dan tidak pernah bersedih atas segala keputusan Allah.

Khatimah

Tiba saatnya akhir zaman maka segala rahasia telah tersingkap. Bagi yang ngaku-ngaku wali, mengklaim sebagai utusan tuhan, mengaku sebagai Nabi, mengaku al-Mahdi atau apa pun. Maka misteri itu pasti akan terkuak terang dan Allah lah sebagai satu-satunya penolong dan tempat kembali.

Wallohu a’lam bissawab

Al Fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *