Debat Kusir Salman Alfarisi

Tak bisa menahan tawa, Ustadz Chairullah mengakhiri debat kusir antara rekannya, Salman Alfarisi dan salah satu ustadz di Sukarejo, Jawa Timur. Bagaimana ceritanya?

Jum’at (16/09/2022) tim safari dakwah mimpi Muhammad Qasim berkunjung ke kediaman Ustadz Solehuddin di Sukorejo. Salman Alfarisi, keturunan Tionghoa ditemani oleh pak Abdul Latief, Jawa Timur.

Awal mulanya bro Salman mengenalkan profil Muhammad Qasim. Belum selesai bicara, sang Ustadz langsung memutus pembicaraan bro Salman dengan memberikan pertanyaan, “Apakah Anda percaya dia?”

Ketika itu juga bro Salman tersentak kaget dan spontan menjawab,

“Jangankan Muhammad Qasim,  Pak, kodok pun apabila bisa berbicara kebaikan, saya akan ikuti. Jangan lihat kodoknya, Pak. Lihatlah kebaikannya.”

Namun sang ustadz tetap ngeyel bahwa mimpi Muhammad Qasim tidak bisa dipercaya dengan alasan, cukup Al Qur’an dan Sunnah saja.

Melihat tanggapan tuan rumah, mata Salman pun memerah menandakan suhu perdebatan mulai memanas. Maka Salman balik berkata kepada sang Ustadz,

Bukankah Qur’an hadis perlu disyarah lagi? Bukankah Al Qur’an menjelaskan tentang mimpi juga?

Sang ustadz tetap dengan pendiriannya bahwa tidak usah mendengarkan mimpi. Itu belum jelas. Ustadz Chairullah yang baru hadir saat itu hanya tersenyum-senyum menjadi pendengar yang setia. “Sekali-kali hiburan lah.” Batinnya sambil menguji tingkat kesabaran bro Salman yang setia menemaninya safari dakwah dari Kalimantan menuju pulau Jawa.

Karena mungkin bro Salman sudah tidak sabar lagi mendengar kritikan-kritikan pedas dari sang ustadz, ia lalu mengambil buku mimpi Muhammad Qasim dengan mengatakan,

Sebelum Bapak mengambil keputusan, maka alangkah baiknya Bapak harus membaca buku mimpi ini dulu.

Ekspresi sang ustadz langsung menolak pemberian buku tersebut. Sekali lagi ini adalah ujian kesabaran. Sang ustadz mengatakan, “Maaf saya tidak bisa menerima buku ini. Silahkan kasihkan saja kepada orang lain.”

Menanggapi hal tersebut, Ustadz Chairullah mulai berbicara mencoba meredam emosi keduanya, “Baik Pak Ustadz, saya melihat kondisi bapak ini kurang stabil dan perlu istirahat banyak. Kami di sini pun sudah sangat bersyukur diterima oleh Bapak.”

Lalu tiba-tiba Salman memutus pembicaraan Ustadz Chairullah.

Baik, Pak Ustadz. Saya yakin ini adalah pertemuan kita yang pertama dan terakhir. Mungkin besok-besok kita tidak bisa melihat Bapak lagi.

Karena kondisi tuan rumah yang sakit. Ternyata sang ustadz menderita sakit komplikasi. Mendengar penuturan bro Salman tersebut, Ustadz Chairullah kasihan melihat sang ustadz bercucuran keringat. Mungkin karena menahan emosi. Untuk menyudahi perdebatan kusir ini, Ustadz Chairullah pun meminta maaf kepada ustadz Soleh.

Baik, Pak, saya mewakili teman-teman di sini jaluk ngapuro kalau ada perkataan yang keliru.

Karena mungkin bawaan emosi dan jauh dari istri karena bro Salman selalu bicara tentang istrinya. Ustadz Chairullah pun minta pamit sambil menahan tawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *