Helpers Muhammad Qasim Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia mendatangi Prof. Dr. K.H Asep Saifuddin Chalim, M.Ag. Beliau adalah anak bungsu dari KH. Abdul Chalim, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Majalengka, Jawa Barat.
Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah ini adalah ulama kharismatik yang berjuangan demi agama. Perjuangan beliau tidaklah mudah, harus melalui proses yang sangat panjang demi terwujudnya sebuah sekolah berbasis agama dan mempunyai kurikulum pendidikan umum. Sehingga para santri beliau akan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri. Terutama beberapa negara seperti Arab Saudi (Mekkah dan Madinah), Mesir, Maroko, Turkey dan sebagainya. Alhamdulillah berkat do’a beliau selama lima tahun dan usaha keras beliau sekarang cita-cita tersebut telah terwujud. Beliau bercerita bahwa mendirikan pesantren di tengah hutan pada saat itu, membutuhkan biaya yang sangat besar. Namun pertolongan Allah ﷻ pun datang untuk mewujudkannya.
Beliau bahkan pernah disebut oleh beberapa orang bahwa sang kiai memelihara tuyul. Karena jika dipikir secara logika, bangunan serta infra struktur yang ada sekarang ini mustahil terwujud jika tidak mempunyai biaya yang sangat banyak. Namun jika Allah ﷻ berkehendak, tidak ada yang mustahil bagi Allah ﷻ.
Perjalanan Helpers Muhammad Qasim menuju kediaman KH Asep Saifuddin Chalim dilaksanakan setelah sholat subuh. Nur Huda dan KH Abdul Mannan berangkat dari Pasuruan ke Mojokerto, tepatnya di lereng gunung Welirang yang terkenal dengan air panasnya, tempat wisata air panas Pacet.
Sesampainya di tempat yang dituju, mereka harus sabar menunggu hingga habisnya santri yang keluar dari masjid selesai mengaji. Padahal sang kiayi belum terlihat. Setelah antrian santriwati tinggal sedikit, tiba-tiba ada mobil masuk ke rumah pak kiyai. Ternyata kiayi Asep ada di dalamnya. Kedua Helpers Muhammad Qasim langsung mengikuti mobil tersebut karena masih ada santri yang keluar dengan laju mobil pelan.
Setelah berada di pelataran rumah KH Asep, KH Abdul Mannan yang merupakan cucu dari KH Kholil Bangkalan langsung mendekat ke pintu mobil, menunggu pak kiyai keluar. Setelah keluar, KH Abdul Mannan langsung mengucapkan salam, karena mereka sudah lama saling kenal. Mereka berdua bergandengan tangan menuju ruang tamu, duduk, dan menunggu antrian karena sudah banyak tamu yang lebih dulu datang.
Beberapa saat kemudian, KH Abdul Mannan mendapat giliran untuk mengemukakan maksud dan tujuan kedatangannya kepada KH Asep. KH Abdul Mannan bercerita,
Begini, Yai, saya ke sini ingin menyampaikan bahwa ada orang yang mimpi bertemu Rasulullah 300 kali. Di dalam mimpinya itu, Yai, sepertinya al-Mubasyirah. Dan Yai, kayaknya Indonesia Malaysia jadi pasukannya. Nanti tolong disampaikan ke teman-teman pak Kiyai.
Kemudian KH Asep menjawab,
Ya, ya, kalau memang baik ya gak papa.
Lalu guru besar bidang Sosiologi oleh Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya memanggil santrinya untuk menyiapkan sarapan pagi bersama. KH Asep sarapan bersama para tamu.
Karena niat menyampaikan berita tentang mimpi Muhammad Qasim kepada KH Asep selesai, Nur Huda keluar ke teras. Ternyata di sana ada ulama sepuh yang sedang dipijit-pijit santrinya. Nur Huda pun mendekat dan bercerita tentang Muhammad Qasim dan memperlihatkan foto-foto beliau. Alangkah mengejutkan, ulama sepuh tersebut mengatakan
Saya sudah dibaiat Qasim, Mas.”
Penasaran dengan perkataan sang ulama, Nur Huda pun bertanya,
Di dalam mimpi Pak Kiyai?
Ulama sepuh tersebut menjawab,
Iya.
Nur Huda kembali bertanya sambil memperlihatkan foto Muhammad Qasim.
Apa seperti ini orangnya?
Ulama tersebut diam sambil menatap foto Muhammad Qasim. Karena KH Abdul Mannan sudah pamit dan minta do’a, Nur Huda pun pamitan kepada kiayi sepuh tersebut.