Setelah hampir satu bulan pulang dari Pakistan, Ustadz Chairullah akhirnya mengunjungi Syekh Habibullah Astani. Kunjungan ke tempat Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Kalimantan Timur ini berlangsung pada Rabu (31/08/2022).

Dalam kunjungan itu, terjadi diskusi santai antara aktivis dakwah dan sang Mursyid. Ada 3 point penting dalam pembahasan tersebut.

1. Diskusi Kondisi Ruhaniah Muhammad Qasim

Sang Mursyid memberikan wejangan bahwa kondisi ruhaniah seseorang yang dekat dengan Allah ﷻ akan selalu berubah-ubah dalam artian positif. Hal itu dikarenakan kondisi spiritual yang sangat dalam sehingga mempengaruhi kejiwaan dan perasaan lahiriahnya. Demikian yang dirasakan oleh Ustadz Chairullah selama bertemu dengan Muhammad Qasim di Pakistan. Aktivis Jamaah Tabligh ini merasa terkadang Muhammad Qasim bersifat begitu penyayang seperti seorang ibu. Pada situasi yang berbeda, ia nampak begitu berwibawa seperti seorang pemimpin.

2. Diskusi Perintah Hijrah ke Pakistan

Sang Mursyid yang memiliki banyak jamaah di berbagai tempat di Kalimantan Timur, berencana untuk mengundang perwakilannya dalam pembahasan perintah hijrah. Syekh Habibullah Astani meminta Ustadz Chairullah untuk menjadi pembicara dalam acara yang akan beliau jadwalkan. Kegiatan tersebut dapat dibaca di artikel Tabayyun Mimpi  Muhammad Qasim Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Kaltim Undang Sekitar 30 Orang

3. Diskusi Mimpi Muhammad Qasim

Pembahasan ini terkait mimpi Muhammad Qasim pada 30 Juni 2022, dimana Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk membantu Muhammad Qasim terlebih dahulu. Sang Mursyid berinisiatif mengumpulkan dana dari para jamaahnya sehingga terkumpul. Setelah itu, baru beliau akan menyerahkannya kepada Muhammad Qasim supaya dapat dipergunakan oleh Muhammad Qasim. Ustadz Chairullah  menerangkan sedikit tentang hal ini karena ada yang memberikan tanggapan negatif. Ustadz Chairullah berkata,

Apapun yang kita berikan kepada Muhammad Qasim adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Seandainya beliau meminta langsung kepada Allah ﷻ maka Allah ﷻ pasti akan menolongnya. Akan tetapi Allah ﷻ ingin mempergunakan amwal kita untuk dipergunakan fisabilillah. Karena seberapapun yang bisa kita mampu infaqkan maka beliau akan menerima. Karena bukan dari jumlahnya akan tetapi dari kesungguhannya untuk berkorban karena Allah ﷻ. Itupun akan kembali balasannya untuk diri kita sendiri.

Ustadz Chairullah kemudian menceritakan tentang sejarah perang Tabuk di zaman Nabi Muhammad ﷺ. Nabi Muhammad ﷺ meminta para sahabat semua berkorban di jalan Allah. Padahal seandainya Nabi meminta maka gunung Uhud pun bisa jadi emas. Tapi Nabi ingin para sahabat mendapatkan nilai perjuangan di jalan Allah ﷻ.  Maka para sahabat pun berlomba-lomba untuk berkorban.

Sahabat Abu Bakar RA mengorbankan semua hartanya sampai-sampai sang ayah bertanya, “Apa yang kamu sisakan untuk anakmu?” Yakni Siti Aisyah. Abu Bakar pun mengambil batu kerikil kemudian dimasukkan ke dalam pocket. Dan mengatakan, “Ini simpanan buat anak saya.” Hal ini Abu Bakar lakukan supaya ayah beliau tidak sedih dan merasa tenang. Ini karena kecintaan kepada Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ. Sahabat Umar RA menyerahkan separuh hartanya.

Ada juga seorang sahabat yang cacat. Ia hanya punya satu tangan dan tidak memiliki apa-apa. Maka sahabat yang cacat tadi mencari upahan menyirami kurma dari seorang Yahudi. Beliau mengambil air di sumur yang sangat dalam dengan satu tangannya sedang giginya menggigit untuk menahan talinya kemudian beliau menarik lagi dengan tangannya. Sampai berdarah mulut beliau. Hal ini terus beliau lakukan sampai kebun kurma orang Yahudi tersebut tersirami. Dari sinilah beliau mendapatkan upah sepiring kurma.

Dan dengan bahagia sekali sahabat mendatangi Rasulullah ﷺ dengan baju yang penuh darah dari mulut beliau. Sahabat tersebut menyerahkan sepiring kurma kepada Rasulullah ﷺ. Nabi pun meletakkan sepiring kurma tersebut berada di tumpukkan paling atas.

Ini adalah pengorbanan sahabat yang luar biasa, bukan dari jumlahnya akan tetapi dari kesungguhan hati dan keikhlasannya berinfaq di jalan Allah ﷻ.  Walaupun jumlahnya hanya sepiring kurma tetapi ditaruh Nabi Muhammad ﷺ di tempat paling tinggi di antara harta-harta sahabat lainnya. Ini menandakan derajatnya sangat tinggi di sisi Allah ﷻ.

Setelah membacakan kisah pengorbanan para sahabat, Ustadz Chairullah bersama Salman Alfarisi dan Syekh Habibullah Astani pun menangis mengingat perjuangan mereka.

Selanjutnya Syekh Habibullah bertanya kepada Ustadz Chairullah tentang pernyataan untuk meninggalkan Gaza. . Apakah pernyataan tersebut adalah perintah dari Muhammad Qasim?

Sebelum Ustadz Chairullah menjawab, beliau mengatakan kepada Syekh bahwa mereka berdua datang berkunjung bukan untuk mengajak Syekh keluar dari Gaza. Keluar atau pun tidak, semua itu adalah pilihan hati.

Mendengar perkataan Ustadz Chairullah, Syekh Habibullah Astani meminta kepada Ustadz Chairullah mengenai statement dari Muhammad Qasim langsung yang meminta Helpers memilih beliau atau Gaza. Dari permintaan ini, Ustadz Chairullah menghubungi para admin group Helpers Muhammad Qasim untuk mengirimkan statement beliau. Kemudian Ustadz pun mengirimkannya kepada Syekh Habibullah. Sang Mursyid kembali bertanya “Apakah ini langsung dari Muhammad Qasim?” Ustadz Chairullah menjelaskan bahwa admin dan para Helpers tidak merekayasa statement ini. Ini murni dari Muhammad Qasim. Mengenai hal ini, sang Mursyid akan bermusyawarah bersama jamaahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *