Kamis (03/11/2022) Nur Huda dan Abdul Latief berkunjung di lereng gunung Welirang Jawa Timur untuk menyampaikan mimpi Muhammad Qasim. Mereka menemui Abdul Main di dusun Nggenting kelurahan Sukolelo Prigen Pasuruan. Pak Abdul Main adalah seorang petani biasa. Beliau juga menjadi jama’ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Namun, anaknya memiliki pondok dan ternyata beliau masih keturunan Joko Tingkir.

Pak Abdul Main sebenarnya tidak mengetahui bahwa beliau masih keturunan Joko Tingkir. Beliau mengetahui hal ini, dari anaknya. Suatu hari, anaknya ziarah ke makam Joko Tingkir. Tiba-tiba di tempat itu, ada orang tak dikenal mendampingi anak pak Main. Orang tak dikenal itu menunjukkan makam Joko Tingkir. Pak Main yang juga ikut ziarah, bingung memperhatikan anaknya bicara dengan siapa. Akhirnya sehabis ziarah, anaknya bercerita kalau mereka masih ada keturunan dengan Joko Tingkir.

Assalamu’alaikum. Saya Nur Huda. Kedatangan saya ke sini hanya ingin silaturahmi dan menyampaikan salam Muhammad Qasim dari Pakistan dan memberi buku mimpi Muhammad Qasim.

Lantas pak Abdul Main menjawab

 Wa’alaikum salam.

Kemudian Nur Huda menceritakan tentang mimpi-mimpi Muhammad Qasim, juga memperlihatkan foto pemuda asal Pakistan tersebut. Setelah melihat foto itu, pak Abdul Main berkata,

Wajahnya bersinar.

Lantas pak Abdul Main memberi keterangan,

Maqom orang itu beda-beda. Saya lihat wajahnya saja sudah kelihatan.

Kemudian Nur Huda bercerita kalau ada juga orang yang menolak buku mimpi Muhammad Qasim. Pak Main menjawab,

Ya.. maqomnya beda. Kalau orang sudah sendene nang Allah ﷻ  itu percaya dengan berita ini. Memang orang itu beda-beda. Nanti buku ini saya baca sama-sama dengan anak saya. Soalnya saya sudah tua. Anak saya masih di pondok mengajar murid-muridnya. Anak saya punya pondok. Saya tani. Semua ada tugas masing-masing. Seperti Anda juga tugasnya seperti ini. Inilah hidup, ada tugas masing-masing.

Demikian jawaban pak Abdul Main.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *