Penulis: Ustadz Chairul
Wahai ummat Islam,
Dengan kerendahan hati, saya berharap kalian membuka mata hati dan pikiran kalian bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah mendatangkan Al-Mahdi di zaman sekarang ini.
Jika kita kembali kepada sejarah Muhammad diutus di tengah-tengah manusia sebagai Nabi dan Rasulullah ﷺ maka pada zaman tersebut, kabar kedatangan kenabian telah diketahui oleh banyak pendeta Yahudi dan Nasrani.
Bahkan ahli-ahli nujum juga telah mengetahuinya karena banyak jin-jin yang mencuri berita dari langit. Termasuk raja Romawi pada saat itu. Sambil memandang langit dia berkata,
Telah lahir seorang Nabi yang mempunyai ciri bersunnat.
Nah, pada saat itu yang melakukan Sunnah hanya dua kaum, yakni Yahudi dan kaum Arab. Namun betapa mereka terkejutnya ketika seorang hamba Allah ﷻ yang ummi bernama Muhammad mengikrarkan diri sebagai Nabi Allah.
Tidak disangka-sangka Allah ﷻ memilih seorang yang bukan dari keturunan kerajaan atau anak dari ilmuwan agamis dari bangsa Yahudi maupun Nasrani. Namun Muhammad hanya seorang hamba Allah yang ummi dan hidup sederhana. Bahkan dari bangsa yang sama sekali tidak mempunyai kekuatan ekonomi, persenjataan maupun sumber daya alam pada saat itu.
Namun jika Allah ﷻ berkehendak, maka siapakah yang mampu mengintervensi keputusan Allah ﷻ? Maka ini adalah cobaan bagi para penerus agama samawi pada saat itu, apakah mereka berpegang teguh kepada keegoisannya ataukah mereka tunduk dan berserah diri kepada Allah ﷻ dalam menentukan keputusannya.
Sebagian dari mereka sadar dan taat kepada keputusan Allah ﷻ dan mengikuti ajaran Islam dan kebanyakan dari mereka tetap dengan kesombongannya.
Pada zaman sekarang inipun akan terjadi hal seperti itu. Jika dulu Muhammad bin Abdullah datang dengan bukti kenabian bernama Wahyu maka sekarang Sayyid Muhammad Qasim datang dengan bukti Al Mubasyirotnya.
Bukti keimanan kita kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya adalah menyakini hadis Nabi ﷺ. Bukankah Nabi ﷺ telah bersabda tentang Al Mubasyirot? Lalu kenapa kita meragukan hadis ini? Dimana letak yakin kita? Dimana letak iman kita jika kita tidak mau perduli dengan Al Mubasyirot?
Jika Muhammad bin Abdullah datang dengan Wahyu, maka Sayyid Muhammad Qasim juga datang dengan bukti Al Mubasyirot sebagai Imam Mahdi.
Hal ini menjadi kontroversi karena kalian memandang sisi kelemahan dari Sayyid Muhammad Qasim.
Dia hanya muslim biasa, bukan dari kalangan ulama dan bukan dari kalangan ahli politik dan tidak mempunyai kekuatan dari sisi militer ekonomi dan sosial power.
Lalu apakah kita akan menolak beliau karena alasan kita lebih alim, lebih hebat dan mempunyai pengikut dalam organisasi sosial dan politik? Betapa sombongnya diri kita. Lalu apa bedanya kita dengan orang-orang yang menolak kenabian Muhammad bin Abdullah walupun dengan membawa Wahyu namun yang membawa hanyalah orang ummi. Lalu apa bedanya kita dengan mereka?
Mari umat Islam khususnya para alim ulama letakkan lah keegoan keilmuan kalian. Letakkan semua atribut-atribut kalian di atas keimanan kepada Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ dan coba berpikirlah, coba renungkan lah mimpi-mimpi Sayyid Muhammad Qasim bahwa Allah ﷻ telah mengutus Al-Mahdi di tengah-tengah kita sekarang ini.
Wahai umat Islam, berhentilah kalian saling berperang dan bertikai dengan sesama saudara kalian.
Wahai saudara-saudara seiman dimanapun kalian berada, bersatulah dan hentikan semua ambisi dunia kalian. Dunia hanyalah sementara. Dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang selama-lamanya.