Oleh: Dr. H. Jaya M. Munawwar Al Badri

Dalam buku Ensiklopedia Akhir Zaman, sosok Umar bin Khattab yang tegas dan keras menjadi sosok yang fenomena. Ia menjadi gerbang fitnah akhir zaman dengan peristiwa kewafatannya. Sebagimana dalam riwayat dari Sababat Hudzaifah RA, dia berkata : “Saat itu Kami sedang duduk bersama Umar. Maka, berkatalah Umar, “Siapakah diantara kalian yang ingat betul terhadap sabda Rasulullah ﷺ yang berkaitan dengan fitnah. Maka aku pun menjawab, “Akulah orangnya. ” Umar berkata, “Sungguh engkau terhadap masalah ini termasuk orang yang pakar.” Aku pun mengatakan permasalah itu dihadapannya, “(Ketahuilah), fitnah yang menimpa seorang laki-laki terkait keluarga, harta, anak atau tetangganya dapat dielakkan dengan shalat, puasa, sedekah, dan melakukan Amar ma’ruf dan nahi mungkar.” Umar berkata, ” Bukan itu yang aku maksudkan, tetapi fitnah yang menerpa (umat Islam) laksana gelombang di samudera.” Maka Hudzaifah berkata, “(Tenang saja) engkau tidak akan mengalami pedihnya fitnah itu, wahai Amirul Mukminin, karena antara fitnah itu dan diri Anda terdapat pintu yang tertutup (yang menghalangi).” Umar bertanya. “Apakah pintu itu akan terbuka atau didobrak?” Hudzaifah menjawab, ” Pintu itu akan didobrak (secara paksa).” Umar berkata “Kalau begitu, untuk selamanya pintu itu tidak dapat ditutup kembali.’ (Kami bertanya kepada Masruq, “Bukankah Umar sudah mengetahui hal tersebut?” Masruq menjawab, “Iya, dia memang tahu benar mengenai hal ini seolah-olah dia menghafal bahwa malam ini lebih dekat jatuhnya dari pada esok hari.”) Kemudian Hudzaifah melanjutkan ucapannya, “Ketahuilah, yang aku ucapkan ini bukanlah omong kosong.” (Kami merasa sungkan untuk bertanya lansung kepada Hudzaifah, maka kami menyusun Masruq untuk menanyakannya. Masruq pun bertanya, ” Siapakah yang dimaksud dengan ‘gerbang’ itu?”) Hudzaifah menjawab, ‘Umar.” (HR. Al Bukhari).

Di dalam hadist tersebut ada isyarat yang jelas bahwa Umar bin Khattab RA merupakan penghalang timbulnya fitnah yang akan bergejolak di tengah umat Islam. Dengan kematiannya maka berbagai fitnah mulai melanda umat Islam seperti ombak samudera yang tiada henti. Sebenarnya Umar RA sendiri tahu akan hal ini karena dia juga mendengar langsung dari Rasulullah ﷺ. Tetapi untuk lebih meyakinkan dirinya maka dia menanyakan kepada para sahabat yang lain. Mungkin untuk maksud inilah dia menanyakannya, bisa jadi karena ingin mengoreksi pemahamannya terhadap hadist tersebut. Lebih-lebih, dalam hadist tersebut terdapat isyarat-isyarat yang memerlukan penjelasan. Kandungan hadist ini tidak hanya dikhususkan untuk Hudzaifah RA saja, tetapi para sahabat yang lain juga memahami demikian.

Hal ini dikuatkan dengan apa yang diriwayatkan Abu Dzar RA. Suatu hari Umar bertemu dengan Abu Dzar dan dia langsung menggandeng tangan Abu Dzar dengan kuat sehingga Abu Dzar berkata setengah berteriak, “Lepaskan tanganku, wahai penghalang fitnah!” Dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa Abu Dzar RA pernah berkata sambil menunjuk kepada Umar RA, ” Ketahuilah, fitnah tidak aman terjadi selama engkau masih hidup.”

Demikian juga Utsman bin Mazh’un pernah berkata kepada Umar RA, ” Wahai pengunci fitnah!”

Abdullah bin Salam RA awalnya adalah Pendeta Nasrani yang ikut bersaksi pada kemunculan awal Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi dan Rasul bersama Pendeta Waraqah bin Naufal paman istri Nabi, sehingga menguasai Kitab Injil dan Taurat, Abdullah bin Salam RA pernah berkata kepada Umar RA, “Aku melihat dalam Taurat bahwa engkau ini adalah salah satu gerbang menuju neraka Jahanam.” Maka Umar RA berkata, “Tafsirkanlah untukku (ungkapanmu itu).” Abdullah bin Salam RA berkata, “Engkau adalah pintu yang menutupinya agar orang-orang tidak dapat memasukinya, tetapi sepeninggalnya terbukalah pintu itu.”

Khalifah Umar bin Khattab RA meninggal pada 4 hari sebelum bulan Dzulhijjah berakhir di tahun 24 H. Dengan kematiannya ini maka terdobraklah pintu fitnah yang datang seperti ombak di samudera yang tiada bertepi sampai saat ini terasa sangat menyayat hati, pikiran dan korban dari umat Islam dan manusia secara keseluruhan.

Hudzaifah RA adalah seorang sahabat yang terkenal. Ia dijuluki sebagai pemegang kunci rahasia. Rasulullah ﷺ memberitahukan kepadanya daftar nama kaum munafik dan fitnah-fitnah yang akan terjadi. Hudzaifah RA berkata, “Orang-orang biasanya bertanya kepada beliau mengenai hal-hal yang baik, tetapi aku bertanya kepada beliau mengenai hal-hal yang buruk agar aku dapat menghindarinya.” Pernah ia bertanya kepada Nabi ﷺ , ‘Ya Rasulullah, setelah segala kebaikan yang ada disebabkan keberkahanmu ini, apakah nanti akan terjadi keburukan?’ jawab beliau, ‘Ya, keburukan akan datang.” Dia bertanya lagi, ‘Kebaikan akan kembali atau tidak?” Jawab beliau, “Hai Hudzaifah, bacalah Kalamullah dan renungkanlah makna-maknanya, dan ikutilah hukum-hukumnya.” Karena rasa ingin tahu yang amat sangat, dia bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apakah setelah keburukan akan terjadi kebaikan lagi?” Jawab Nabi ﷺ, “Ya, kebaikan akan kembali lagi, tetapi hati mereka tidak seperti sebelumnya.” Dia masih bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apakah setelah kebaikan itu akan kembali buruk lagi?” Sahut Nabi ﷺ, “Ya, akan datang orang-orang yang menyesatkan manusia dan menarik mereka ke Jahanam.” Maka di akhir pertanyaannya, ia bertanya apa yang harus dilakukan seandainya hidup di zaman itu. Rasulullah menyuruhnya menyertai seorang amir (pemimpin) yang ada di zaman itu. Namun jika tidak ada seorang amir, Rasulullah menyuruhnya untuk meninggalkan kelompok-kelompok itu dan berdiam di sudut-sudut sunyi atau di bawah pohon. “Tinggallah di sana hingga engkau mati,” kata Rasulullah Karena Rasulullah ﷺ telah memberitahu nama orang-orang munafik kepada Hudzaifah, maka Umar RA selalu bertanya kepadanya, “Adakah di antara pegawaiku yang munafik?” Jawab Hudzaifah RA, “Ya, ada satu orang.” Namun Hudzaifah RA tidak menyebutkan namanya. Sehingga jika ada orang yang meninggal dunia, Umar RA akan bertanya kepada orang-orang apakah Hudzaifah RA ikut menshalatkan jenazah tersebut. Jika tidak, Umar enggan menshalatkannya.

Ketika Hudzaifah RA hampir wafat, ia begitu risau dan sering menangis. Orang-orang di sekitarnya bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Jawab Hudzaifah RA, “Aku menangis bukan karena takut meninggalkan dunia ini, bahkan aku mencintai kematian. Yang aku tanngisi adalah, aku meninggalkan dunia ini dengan murka Allah atau dengan ridha-Nya?” Lalu ia berkata, “Inilah detik-detik terakhir kehidupanku. Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku mencintai-Mu, untuk itu berilah keberkahan dalam pertemuan dengan-Mu ini.” (Abu Dawud).

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rahimahullah bahwa suatu ketika, Rasulullah ﷺ memberitahu Hudzaifah RA semua fitnah yang akan terjadi hingga hari Kiamat secara berurutan, hingga melibatkan 300 orang. Rasulullah ﷺ telah memberitahu perincian fitnah tersebut tanpa ada yang tertinggal. Seperti nama pembuat fitnah tersebut, nama ibunya, ayahnya, dan kabilahnya, telah diberitahukan secara jelas.

Rasulullah ﷺ pasti telah mengetahui awal terjadinya fitnah akhir zaman dengan cerita hadis di atas dan pasti mengetahui proses bagaimana umatnya mengalami masa-masa yang sangat sulit sehingga dalam beberapa riwayat Nabi menyebut “Ummati..ummatii..umatii” termasuk mengingatkan akhir dari “fitnatul qubra al masih ad Dajjal”. Termasuk tahu siapa yang akan menjadi pemimpin al mahdi di gerbang akhir zaman dari itrah cicit Beliau.

Hadis tentang fitnah akhir zaman dipegang erat dan kuat sebagai rahasia yang tersimpan oleh sekretaris pribadi Rasulullah ﷺ  ialah sahabat Hudzaifah RA. Barangkali bisa membuka kembali manuskrip lama yang tidak dipilih oleh para imam-imam Hadisiin terkait berita nubuwat akhir zaman, karena secara Matan dan Nasab hadis tidak masuk dalam kodifikasi Sahih, Hasan, Ahad dan Mutawattir serta derajat Dhoif. Karena dari sekian ribu hadis yang dianggap 4 tingkatan itu hanya tidak lebih dari 7% saja yang telah dibukukan oleh para imam Muhadisiin tersebut. Padahal ada 300.000 hadis yang dikumpulkan oleh Imam Muslim, 600.000 hadis yang dikumpulkan oleh Imam Bukhori. Abu Dawud mengumpulkan 50.000 hadis, Imam Tirmizi 7000 hadis, Nasai 6000 hadis dan Ibnu Majjah 7000 hadis. Maka bisa dikaji lagi terkait dengan berita-berita nubuwat, yang mungkin masih tersimpan dalam manuskrip-manuskrip di Museum, dan belum pernah dibahas lagi mengingat sangat tidak terkait kodifikasi hukum dan syara, tapi hanya kejadian-kejadian nubuwat akhir zaman dan bisa jadi hari ini bisa dibuktikan dengan peristiwa yang sedang terjadi.

Allohu a’lam bissawab bil muradi.

Salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *