Mimpi Unik dan Sangat Langka dari Muhammad Qasim. Sebuah Kejadian Luar Biasa!

Oleh: Dr. dr.H.Jaya M. Munawar Al Badri, SpKJ, MKes MARS

Mimpi itu Normal

Seseorang yang mengalami mimpi sudah menjadi hal lumrah dan biasa dialami. Bahkan, bila seseorang tidak bermimpi selama hidupnya, itu adalah hal yang mustahil. Mimpi sudah menjadi fenomena yang dialami manusia dan bahkan binatang. Banyak orang di zaman ini melaporkan mimpi, ada yang aneh dan unik terkait tema dan objek mimpinya terutama untuk dirinya, orang lain bahkan lingkungannya. Mimpi sering menjawab beberapa pertanyaan dalam kehidupan seseorang dan sering menjadi petunjuk dalam berbagai persoalan. Semua kalangan, baik manusia biasa atau bangsawan, bahkan para cerdik pandai, pendeta, rahib-rahib sering mendapatkan momen petunjuk dari mimpi-mimpi. Sejak dahulu berita baik dan buruk mimpi raja dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan, perjanjian dan peperangan. Di kalangan sufi dan ulama, mimpi bertemu dengan para guru yang telah wafat menjadi penting. Apalagi mimpi bertemu Rasulullah ﷺ, atau bahkan Allah ﷻ  sebagai puncak sufi dalam pembimbingan puncak untuk mendapatkan petunjuk pada saat persoalan pelik yang dihadapi, atau untuk mengambil keputusan soal agamanya.

Bermimpi Rasulullah ﷺ

Bermimpi menjumpai Rasulullah ﷺ adalah salah satu bagian dari karunia Allah ﷻ yang paling tinggi. Jika seseorang ingin memimpikan Rasulullah ﷺ, tentu harus selalu menghidupkan rasa cinta yang sangat dalam, dalam dirinya. Sejak dari generasi sahabat (Bilal) sampai dengan generasi berikutnya (Al-Ghazali, Ibnu ‘Arabi dll). Bahkan sampai saat ini pengalaman mimpi dan bertemu Rasulullah ﷺ itu akan terus terjadi karena memang Rasulullah ﷺ akan tetap hidup dan membimbing umatnya.

Banyak hadis sahih yang meriwayatkan keutamaan mimpi berjumpa Rasulullah ﷺ. Di antara hadis itu ialah:

من رآني في المنام فقد رآني حقاً فإن الشيطان لا يتمثل بي

“Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku.” (HR Muslim dari Abi Hurairah).

 

Dalam redaksi lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

من رآني في المنام فقد رأى الحق

“Barang siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-benar melihat sesuatu yang benar.” (HR Muslim dari Abu Qatadah).

Penggambaran Rasulullah ﷺ dalam Al-Qur’an menarik untuk dikaji karena hampir semuanya menggunakan bentuk fi’il mudhari’ (present and future), bukannya menggunakan bentuk fi’il madhi (past tense). Salah satu contohnya ialah:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS al-Baqarah [2]: 151).

Kata membacakan, menyucikan, dan mengajarkan digunakan bentuk fi’il mudhari’. Itu artinya Rasulullah ﷺ masih bisa berkomunikasi aktif dengan umatnya secara khusus.

Mimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ tentu merupakan dambaan setiap umatnya. Sejumlah ulama dan sufi menasihatkan, jika ingin bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ maka berdoalah kepada Allah ﷻ. Wujudkan rasa cinta yang sangat mendalam, dan banyaklah bershalawat terhadapnya.

Mimpi berjumpa Rasulullah ﷺ memiliki banyak bentuk. Mulai dari melihat anggota badan Rasulullah ﷺ secara samar-samar sampai menjumpainya secara utuh. Bahkan berkomunikasi (batin) dengannya. Mimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ merupakan kenikmatan tersendiri. Bagaimana orang yang selama ini kita cintai dan kita rindukan tiba-tiba muncul di hadapan kita. Air mata tak tertahankan dan rasa cinta semakin mendalam.

Ada umatnya yang merasa sangat bahagia karena perjumpaannya dengan Rasulullah ﷺ bisa dinikmati berulang kali. Pantas sekitar 500 sahabat yang hidup bersama Rasulullah ﷺ dan masing-masing di antara mereka mengesankan bahwa ‘akulah yang paling dicintai Rasulullah.’

Contoh masyhur ulama-ulama bermimpi Rasul, yaitu;

Imam Syafi’i

Beliau pernah bercerita tentang mimpinya bertemu Rasulullah ﷺ. Rasul bertanya kepada Imam Syafi’i, “Siapakah engkau wahai anak muda?” kata Rasulullah. Imam Syafi’i menjawab, “Aku adalah anak cucumu, wahai Rasulullah,” lalu Rasulullah ﷺ mengisyaratkan untuk mendekatinya, dan ia pun mendekat. Lalu Rasulullah ﷺ mengambil liurnya seraya berkata, “Bukalah mulutmu” lalu Imam Syafi’i membukanya, kemudian Rasulullah ﷺ mengalirkan liurnya di mulut Imam Syafi’i dan beliau berkata, “Pergilah, semoga Allah memberkahimu”. Setelah mengalami mimpi tersebut, Imam Syafi’i mengaku tidak pernah kesulitan dalam menghafal segala ilmu. Bahkan ia juga mampu menguasai sastra bahasa yang indah melalui syair-syair yang dikarang hingga mendapat pengakuan dari para ahli sastra bahasa di masanya.

Syekh Hariri

Beliau mendapat undangan dari khalifah ke istananya. Maka itu, seusai melaksanakan shalat Isya secara berjamaah, Syekh Hariri berniat mengajak si pemuda untuk turut serta. Namun, si pemuda menolaknya. “Aku tak punya keperluan apa-apa dengan khalifah. Aku hanya ingin diberi ashidah—semacam bubur atau dodol,’’ ujar si anak muda. Karena tak mau diajak, Syekh Hariri meninggalkan pemuda tersebut dan berangkat sendiri memenuhi undangan khalifah. Sekembalinya bertemu dengan khalifah, ia lalu ke masjid, dan mendapati pemuda itu sedang tertidur di sudutnya. Syekh Hariri pun kembali ke sudutnya pula, tanpa memberikan ashidah kepada pemuda itu. Tak lama kemudian, ia juga tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ. Ia melihat di samping kanan Nabi ﷺ ada Nabi Ibrahim dan di kirinya Nabi Musa. Sedangkan di belakangnya, ada sekitar 124 ribu nabi dan rasul. “Maka, aku pun berdiri dan berusaha mencium tangan Rasul. Tapi, Rasul memalingkan wajahnya,’’ ujar Hariri. Ia pun bertanya kepada Rasulullah ﷺ. “Ya Rasulullah, mengapa Engkau memalingkan wajahmu dari diriku,’’ tanya Syekh Hariri. Tiba-tiba, Syekh Hariri melihat Rasul tampak begitu marah. Ia pun menjadi ketakutan. “Ada apakah ya Rasulullah?’’ tanya Syekh Hariri. “Engkau telah berbuat bakhil. Engkau enggan memberikan ashidah kepada seorang fakir dan membiarkannya kelaparan pada malam ini,’’ jawab Rasul. Segeralah Syekh Hariri terbangun. Dengan perasaan takut dan gemetar, ia segera mendatangi sudut pemuda tadi. Namun, ia tak mendapatinya. Syekh Hariri pun lalu keluar masjid dan mencari ke mana gerangan pemuda itu pergi. Di persimpangan jalan, ia berhasil menemukan pemuda tersebut. Dia pun segera menyapanya. “Wahai pemuda, tunggu sebentar. Akan ku bawakan ashidah yang engkau minta,’’ ujarnya. Si pemuda ini hanya melihat kepadanya sambil tersenyum. Ia berkata: “Ya Syekh, aku hanya minta sesuap ashidah darimu, dan engkau akan mendapatkan syafa’at dari 124 ribu nabi dan rasul karena sesuap itu,’’ ujarnya.

Abal Qasim Al Junaid Al-Bagdadi

Abal Qasim Al Junaid Al-Bagdadi berkali-kali bermimpi Rasulullah ﷺ dan Allah ﷻ.

Al Junaid bercerita dalam salah satu mimpinya; Suatu hari ia duduk-duduk di Masjid asy-Syuniziyyah. Bersama penduduk Bagdad lainnya ia menunggu beberapa jenazah yang hendak mereka shalati. Di depan mata Imam Junaid, seseorang yang tampaknya ahli ibadah terlihat sedang meminta-minta. “Andai saja orang ini mau bekerja hingga terhindar dari perbuatan meminta-minta tentu lebih bagus,” kata Imam Junaid dalam hati. Kondisi aneh terasa ketika Imam Junaid pulang dari masjid itu. Ia punya rutinitas shalat dan munajat sampai menangis tiap malam. Tapi, kali ini ia benar-benar sangat berat melaksanakan semua wiridnya. Ulama yang juga biasa disapa Abul Qasim ini hanya bisa begadang sambil duduk hingga rasa kantuk menaklukannya. Dalam gelisah, Imam Junaid pun terlelap. Tiba-tiba saja orang fakir yang ia jumpai di Masjid Asy-Syuniziyyah itu hadir dalam mimpinya. Anehnya, si pengemis digotong para penduduk Bagdad lalu menaruhnya di atas meja makan yang panjang. Orang-orang berkata kepada Imam Junaid, “Makanlah daging orang fakir ini. Sungguh kau telah mengumpatnya.” Imam Junaid terperangah. Ia merasa tidak pernah mengumpat pengemis itu. Sampai akhirnya ia sadar bahwa ia pernah menggunjingnya dalam hati soal etos kerja. Dalam mimpi itu Imam Junaid didesak untuk meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Sejak saat itu Imam Junaid berusaha keras mencari si fakir ke semua penjuru. Berulang kali ia gagal menjumpainya, hingga suatu ketika Imam Junaid melihatnya sedang memunguti dedaunan di atas sungai untuk dimakan. Dedaunan itu adalah sisa sayuran yang jatuh saat dicuci. Segera Imam Junaid menyapanya dan tanpa disangka keluar ungkapan balasan, “Apakah kau akan mengulanginya lagi wahai Abul Qasim?”

“Tidak.” Jawab Imam Junaid.

“Semoga Allah mengampuni dirimu dan diriku”.

Ibnul Arabi

Pengalaman spiritual Ibnu Arabi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ menghasilkan kitab Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah. Selain 300 karya lainnya. Fushush al-Hikam dan Futuhat al-Makkiyyah, Ibnu Arabi menulis dalam Mukaddimah kitab Fushush al-Hikam. Dalam kitab itu, Ibn ‘Arabi mengaku bertemu dengan Nabi Muhammad ﷺ dan becakap-cakap dengan beliau. “Aku melihat Rasulullah dalam suatu kunjungan kepadaku pada akhir Muharram 627, di kota Damaskus. Dia memegang sebuah kitab dan berkata kepadaku: ‘Ini adalah kitab Fushush al-Hikam; ambil dan sampaikan kepada manusia agar mereka bisa mengambil manfaat darinya.’ Aku menjawab, ‘Segenap ketundukan selayaknya dipersembahkan ke hadirat Allah dan rasul-Nya; ketundukan ini seharusnya dilaksanakan sebagaimana kita diperintahkan.’ Oleh karena itu, aku melaksanakan keinginanku, memurnikan niat, dan mencurahkan maksudku untuk menerbitkan kitab ini seperti diperintahkan sang Rasul, tidak ada tambahan ataupun pengurangan di dalamnya.” Begitu tulis Ibn ‘Arabi. Ketika ditanya seorang muridnya perihal bukunya, Fushush al-Hikam, yang terasa seperti mengandung misteri. Kata muridnya, setiap kali ia membaca buku ini, setiap itu pula ia mendapatkan sesuatu yang baru. Lalu dijawab, “Buku itu memang pemberian Rasulullah langsung kepada saya, bahkan judul bukunya pun dari Rasulullah (khudz hadza kitab Fushuhsh al-Hikam). Padahal, selisih masa hidup Rasulullah dan Ibn ‘Arabi terpaut 608 tahun.

Imam Al-Ghazali (1058-1111 M).

Imam Al-Ghazali ditanya, “Mengapa engkau sering mengutip hadis-hadis ahad (tidak populer) di dalam kitab Ihya’ ‘Ulumud Din? Ia menjawab, “Saya tidak pernah menulis satu hadis di dalam buku ini sebelum saya konfirmasikan kepada Rasulullah.” Padahal, Rasulullah ﷺ wafat tahun 632 M dan Al-Ghazali wafat tahun 1111 M, selisih 479 tahun. Kitab Ihya’ ‘Ulumud Din merupakan masterpiece Al-Ghazali yang ditulis di puncak menara masjid Damaskus.

Sufi Abu Abdillah Muhammad bin Abu Zura’ah.

Abu Abdillah Muhammad mengisahkan bahwa Ia datang ke Makkah bersama ayahnya dan Abu Abdillah bin Khafif. Di sana ia mengalami kelaparan yang sangat, sehingga membuat ia lemah tak berdaya. Meski dalam keadaan lapar itu, ia sampai di Madinah Al- Munawarah. Sesampainya ia menghabiskan malam dalam keadaan perut kosong. Abu Abdillah Muhammad bin Abu Zura’ah bercerita, pada waktu kejadian itu ia belum balig, sehingga ia berulang kali datang kepada ayahnya untuk mengadukan kelaparan yang menimpanya. “Mendengar pengaduan aku, ayahku bangun dan pergi ke makam Rasulullah ﷺ,” kata Abu Abdillah Muhammad bin Abu Zura’ah seperti dikisahkan dalam kitab Fadhilah Haji karangan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi. Di depan makam Rasulullah ﷺ itu ayah Abu Abdillah Muhammad bin Abu Zura’ah berkata. “Ya Rasulullah hari ini saya adalah tamu engkau,” katanya. Ketika setelah berkata demikian, Ayahnya duduk di tempat itu bermuraqabah. Dalam keadaan itu ayahnya, sebentar kemudian ayahnya itu mengangkat kepalanya dari bermuraqabah. “Terkadang dia menangis dan terkadang tertawa,” katanya. Ketika seseorang bertanya mengenai penyebabnya, dia menjawab. “Aku telah mimpi bertemu Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ meletakkan beberapa dirham di dalam tanganku,” katanya. Ketika beliau membuka genggamannya, ternyata ada beberapa dirham. Sufi itu berkata bahwa Allah ﷻ sangat memberkahi uang dirham itu sehingga mereka pulang ke syaraz pun dengan uang itu. Pengalaman lapar juga dialami Ibnu Jala. Ia berkata ketika itu Ia datang ke Madinah Al-Munawaroh dan ia mengalami kelaparan. Maka ia datang di dekat makam Rasulullah ﷺ dan berkata. ” Ya Rasulullah aku adalah tamu engkau,” katanya. Kemudian ia merasa mengantuk. Maka ia melihat Rasulullah ﷺ dan beliau memberinya sepotong roti. Separuhnya ia makan dan ketika terbangun yang separuhnya lagi masih dalam genggamannya.

Mimpi Unik, Langka, dan Luar Biasa dari Muhammad Qasim

Berbeda pengalaman yang dialami Muhammad Qasim. Ia mengalami mimpi seolah-olah ia hidup di dalam dua dunia yaitu dunia tidur dan dunia nyata (bangun/jaga).

Periode Nyata

Dalam dunia nyata saat ia bangun, ia hidup dan bertumbuh kembang normal sama seperti anak seusianya. Ia dibesarkan oleh orang tua dan kakak-kakak tercinta, serta teman mainnya. Ia tumbuh dari kekanakan, remaja sampai dewasa. Satu ketika ayahnya bekerja di Qatar sebagai pekerja kontruksi. Ia pun ikut bersama keluarganya. Muhammad Qasim kecil pernah juga diajak umrah keluarga ke Makkah dan Madinah. Ayahnya wafat sehingga Muhammad Qasim menjadi yatim. Ia anak terakhir, belum berkeluarga, tinggal bersama ibundanya. Muhammad Qasim muda pernah memiliki calon istri tapi tidak berjodoh/putus. Demikianlah kisah hidup Muhammad Qasim sebagai laki-laki biasa, tidak ada keistimewaan yang tampak terlihat dari dirinya. Ia seorang pendiam tapi bila diminta bercerita tentang mimpi-mimpnya, ia lancar berbicara, bertanggung-jawab, melayani tamu, menepati janji dan kuat komitmen. Penulis pernah berkunjung ke rumahnya, pada tanggal 10-17 Februari 2022, saat ia usia 39 tahun 6 bulan. Muhammad Qasim lahir 5 Juli 1976.

Periode Tidurnya

Lain dengan kehidupan tidur yang luar biasa ini, dalam beberapa kesempatan penulis bertanya tentang mimpinya. Muhammad Qasim hafal mimpi-mimpnya dan tidak ada yang lupa/terlewat peristiwa yang dialami saat tertidur. Awal mula mimpi hadir sejak umur 5 atau 6 tahunan waktu itu, mimpi tentang balon dan anak tangga Kerajaan Mughal menuju langit dan Muhammad Qasim menaiki tangga sampai puncak tangga tersebut. Enam tahun kemudian pada umur 12 tahun, Nabi Muhammad ﷺ mengangkat Muhammad Qasim sebagai anak dalam mimpinya. Kisahnya saat Muhammad Qasim dan teman-teman main Kriket (olahraga terkenal Pakistan), ia ditunjuk Nabi ﷺ dan Allah ﷻ meridhoi pilihan Nabi ﷺ. Pada saat itu lah Nabi ﷺ mengasuh dan membimbingnya. Muhammad Qasim kecil berinteraksi dengan para sahabat mulia Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Satu ketika Muhammad Qasim bersekolah di Sekolah Umar bin Khattab, dan berjumpa dengan empat sahabat mulia. Muhammad Qasim juga didatangi oleh Jibril AS. Ia diajak bertamasya ke langit yang paling tinggi. Ia merasakan bagaimana bulu-bulu putih, dengan sayap Jibril yang cemerlang. Muhammad Qasim juga bertemu dengan 25 Nabi dan Rasul dan dapat mengenal ciri dan rupa mereka secara baik. Menginjak umur 17 tahun Muhammad Qasim mulai dibimbing tentang keimanan dan mana yang baik dan mana yang buruk, mana perilaku yang dilarang dan mana yang diperbolehkan Rasulullah ﷺ. Dalam tidurnya, apabila Muhammad Qasim terbangun, saat tidur lagi mimpi lanjutannya muncul kembali. Ia pernah menggambarkannya seperti film berseri. Muhammad Qasim mencatat dalam buku harian, tanda Alif, mimpi bertemu Allah ﷻ  dalam tabir cahaya bila tanda Mim ia bermimpi berjumpa Muhammad ﷺ, tercatat 800 kali. Ada lebih banyak mimpi yang tidak tercatat. Penulis juga mengkonfirmasi langsung kepada Muhammad Qasim, apakah pernah sekali juga bertemu di dalam alam nyata? Ia menjawab tidak pernah.

Mimpi Masa Depan Dunia

Beberapa mimpi Muhammad Qasim tentang kekinian, politik Pakistan sendiri, dunia Islam di Arab dan sekitarnya, Covid-19, kejatuhan ekomoni dunia sampai perang dunia ke-3 yang sebentar lagi akan terjadi. Kejadian masa depan: Kehadiran Al-Mahdi, Dajjal, Nabi Isa Al-Masih dan kedatangan Yakjuj dan Makjuj menjadi mimpi yang sudah disampaikan melalui media sosial.

Setelah umur 40 tahun, tepatnya bulan Oktober 2014 dalam mimpinya ia diminta mengabarkan kepada dunia, mimpi yang ia simpan rapih di catatan hariannya selama lebih kurang 28 tahun. Muhammad Qasim tidak pernah cerita kepada siapapun. Pihak keluarga besarnya baru mengetahui ketika mimpi sudah viral di media sosial.

Mimpi Muhammad Qasim

Bila merujuk pada beberapa mimpi-mimpi para ulama di atas, maka mimpi-mimpi Muhammad Qasim mempunyai keunikan dan kelangkaan yang tidak bisa dibandingkan dengan lainnya, kecuali ini mirip dengan berita nubuwat. Ia dipilih oleh Tuhannya mendapat petunjuk, ilmu langsung dari Tuhan yang Maha Esa, para Rasul, Nabi dan sahabat mulia hadir dan bertemu dalam mimpi yang luar biasa.

Keluarbiasaan ini menunjukan ia manusia pilihan di penghujung akhir dunia ini. Bila sampai waktu umur penulis maka penulis akan bergabung dengan manusia pilihan, itrah keturunan dari Sayyidina wa Habibina wa Maulana Muhammad ﷺ sesuai dengan janji nubuwatnya.

Dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتىَّ يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اَسْمِي

“Tidak akan sirna (berakhir) dunia ini sampai ada seorang laki-laki dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya sesuai dengan namaku.”

Demikian risalah mimpi mubasyirah ini. Semoga bisa membuka cakrawala dari lautan misteri akhir zaman ini.

Wallohu a’lam bissawab

Al Fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *