Malik bin Dinar adalah seorang ulama yang terkemuka pada masanya. Pada abad kedua Hijriyah, ia datang ke India untuk menyebarkan Islam di sana. Ternyata sebelum menjadi ulama besar, ia pernah menjadi ahli maksiat. Seseorang telah bertanya kepadanya,

Bagaimana engkau bisa bertaubat atas dosa-dosamu dan meninggalkan kehidupanmu yang buruk?

Kemudian Malik bin Dinar menceritakannya sebagai berikut.

Pada masa mudaku, aku adalah seorang polisi yang gemar meminum anggur. Aku meminumnya seperti ikan, siang malam. Kujalani kehidupanku dengan bersenang-senang.

Aku membeli seorang hamba sahaya, wanita cantik yang sangat kusayangi. Aku juga memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik dari hamba sahaya tersebut. Aku sangat mencintainya dan dia juga mencintaiku. Ketika putriku mulai berjalan dan berbicara aku semakin mencintainya. Ia selalu bersamaku. Anak kecilku yang tidak berdosa ini mempunyai kebiasaan yang aneh. Bila ia melihatku memegang segelas anggur, maka ia akan mengambilnya dan menumpahkannya di bajuku. Karena cintaku kepadanya, aku tidak memarahinya. Namun ketika dia berusia dua tahun, putriku meninggal dunia. Hatiku sangat tergoncang dan dilanda kesedihan yang mendalam.

Pada suatu malam, tanggal lima belas Sya’ban, aku sangat mabuk dan tertidur. Aku bermimpi dengan mimpi yang sangat mengerikan. Aku melihat bahwa pada hari itu adalah hari Mahsyar. Semua orang dibangkitkan dari kuburnya, dan aku berada di antara orang-orang yang digiring ke Padang Mahsyar. Tiba-tiba aku mendengar suara di belakangku. Ketika aku melihat ke belakang, aku melihat seekor ular yang besar mengejarku. Sungguh mengerikan, ular itu mempunyai penglihatan yang tajam. Mulutnya membuka lebar dan mengejarku dengan dengan sangat cepat. Aku mempercepat lariku dengan ketakutan. Ketika ular itu sudah mendekatiku, aku melihat seorang laki-laki tua yang berpakaian sangat bagus dan wangi .

Aku berkata kepadanya,

Tolonglah aku sekarang dari musibah ini.

Lelaki tua itu berkata,

Aku terlalu lemah untuk menolongmu. Itu di luar kemampuanku. Akan tetapi kamu harus terus berlari. Barangkali nanti kamu akan mendapatkan pertolongan .

Aku terus berlari tak menentu sehingga aku melihat tebing di depanku. Lalu aku memanjat sampai ke puncaknya. Ternyata di balik tebing itu, api neraka yang sedang bergejolak sangat mengerikan. Sungguh aku sangat takut kepada ular itu dan aku juga takut jatuh ke neraka.

Kemudian aku mendengar suara lantang berkata,

Kembalilah, kamu bukan salah seorang diantara mereka.

Aku pun kembali berlawanan arah dan aku pun terus berlari. Di tengah jalan aku berjumpa lagi dengan seorang laki-laki tua tersebut. Namun ia juga tak mampu menolongku. Tapi, dia mengarahkanku ke suatu tempat dimana orang-orang mukmin berada dan berkata kepadaku,

Mungkin engkau mempunyai simpanan di sana yang akan bisa menolongmu dari kejaran ular.

Aku segera lari menuju tempat tersebut ke sebuah bukit yang berbentuk bulat, banyak jendela yang terbuka tirainya. Jendela-jendela itu berdaun emas dan ditaburi batu delima merah dan permata-permata yang sangat indah dan berharga. Di setiap jendela bergantung tirai sutera yang sangat langka. Ketika aku bersiap menaiki bukit itu, malaikat-malaikat memanggil dengan suara keras,

Bukalah jendela-jendela itu. Kemudian keluarlah dari kamarmu. Di sana terdapat seorang laki-laki malang. Barangkali ada amanah miliknya ada padamu yang mungkin bisa menyelamatkannya.

Jendela-jendela itu pun terbuka lalu keluarlah anak-anak kecil yang berwajah sangat bercahaya bagaikan bulan. Ketika aku sangat bersedih dan ular itu sangat dekat denganku, maka anak-anak itu memanggil teman-temannya yang lain dan mereka berkumpul sangat banyak sekali. Di antara mereka, aku melihat putriku yang tersayang yang telah meninggal dunia ketika berusia 2 tahun. Ia menangis dan berseru,

Demi Allah, ia adalah ayahku yang tercinta.

Ia melompat dari atas ayunan yang terbuat dari nur yang sangat indah dan meluncur ke arahku seperti anak panah. Ia mengulurkan tangannya kepadaku dan mengusir ular tersebut.dan ular itu pun langsung lari.
Setelah memberikan kursi kepadaku kemudian ia duduk di pangkuanku dan membelai janggutku, ia berkata, “Ayahku sayang” dan membaca surah Alquran Alhadid ayat 16S

Setelah mendengarkan anakku membacakan ayat tersebut, aku pun me meneteskan air mata dan bertanya kepadanya,

Wahai anakku, apakah kalian semua pandai memahami Al-Qur’an?

Ia menjawab,

Iya, bahkan lebih memahami Al-Qur’an daripada engkau.

Aku bertanya lagi,

Anakku, lalu siapa ular itu?

Iya menjawab,

Ular itu adalah perbuatan buruk ayah. Dan ayah telah menjadikannya sangat kuat sehingga hampir menjerumuskan ayah ke neraka.

Aku bertanya,

Lalu siapa laki-laki tua itu? Yang berbaju putih.

Ia menjawab,

Dia adalah amalan-amalan ayah dan ayah telah membuatnya lemah karena terlalu sedikit amalan-amalan ayah sehingga tidak mampu menolong ayah melawan ular tersebut.

Aku bertanya,

Lalu apa yang kalian lakukan di bukit ini?

Iya menjawab,

Kami adalah anak-anak muslim yang meninggal pada masa kanak-kanak. Kami akan tetap tinggal di sini sampai hari kebangkitan, menunggu untuk bergabung dengan orang tua kami bila mereka datang kepada kami. Dan kami pun akan memohon ampunan kepada Allah ﷻ

Ketika aku terbangun dari mimpi, perasaan takut terhadap ular itu masih meliputi diriku. Segera aku bertaubat kepada Allah ﷻ dan meninggalkan cara hidupku yang buruk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *