Logika Sederhana Menyambut Wahyu Nabi Muhammad, Bagaimana dengan Al Mubasyirot Mimpi Muhammad Qasim?

Oleh: Dr. dr. H. Jaya M. Munawwar Al Badri, SpKj, M.Kes, MARS

Banyak logika berpikir dalam mempercayai Al Mubasyirot mimpi Muhammad Qasim. Apakah perlu telaah rumit dan kajian yang sangat panjang? Mengapa di kalangan banyak ulama dan cendekia yang masih belum menerima kenyataan bahwa Al Mahdi (khabar kenabian melalui mimpi) yang dijanjikan berasal dari Pakistan (qiblal Khurasan)? Mereka masih yakin dan berpendapat bahwa Al-Mahdi adalah pemuda yang lahir di Madinah. Kesepakatan ulama dan cendekia saat ini bahwa pada zaman ini lah Al-Mahdi Al Muntadzar akan hadir. Mereka, kalangan ulama, juga berpendapat bahwa Al-Mahdi wajib memiliki catatan tertulis pada lembaga tahsis nasab, lengkap catatannya dan jalur melalui dzuriat al-Hasani. Peristiwa-peristiwa zaman yang mengawali kemunculannya harus terjadi terlebih dahulu. Mulai dari gempa di wilayah Badiya menenggelamkan pasukan As-Sufyani, kematian seorang khalifah lalu dilanjutkan perebutan kekuasaan dua pangeran penggantinya.

Padahal, melalui penelusuran riwayat para sahabat Nabi Muhammad ﷺ dulu, para sahabat menyambut wahyu pertama kali adalah orang-orang biasa dan sederhana. Mereka berpikir hanya dengan logika sederhana tertarik dengan wahyu tersebut. Mari kita simak beberapa narasi sejarah yang tercatat salam sirah nabawiyah yang masthur.

Kilas Balik Sirah Nabawiyah

Ketika Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan dakwah pertama kali dengan sembunyi-sembunyi dimulai dari kaum kerabat terdekat, sahabat karib, kepada kerabat jauh, kaum Quraisy kemudian kepada seluruh masyarakat Makah pada umumnya. Khusus untuk Sahabat Assabukunal awwalum dalam menyambut seruan Nabi Muhammad ﷺ, saya akan mencuplik beberapa kisah bahwa hidayah-Nya dipilih atas kehendak-Nya. Manusia yang dipilih oleh-Nya tidak harus mencapai strata akademik tinggi atau pun status sosial hebat di masyarakatnya. Demikian pula berlaku pada pesan mimpi Al Mubasyirot yang dialami Muhammad Qasim selama hidupnya. Setelah disampaikan pada tahun 2014 sampai sekarang 2023 selama 8 tahun lebih, beberapa orang percaya saja bahwa mimpi-mimpi tersebut adalah wahyu melalui mimpi Muhammad Qasim.

Logika Sederhana Menyambut Wahyu Muhammad ﷺ

Beberapa kisah sahabat yang menyambut wahyu Nabi Muhammad ﷺ antara lain dari Keluarga Abu Jahal sendiri, ia adalah keluarga Yasir. Ammar bin Yasir adalah anak tunggal dari keluarga sederhana, tetapi ibu dan ayah sangat sayang kepadanya. Ibunya sering menunggui Ammar pulang. Suatu saat dini hari, Ammar pulang dari Arqom bin Abil Arqom, ibu dan ayahnya selalu mengingatkan Amar agar memuliakan patung-patung sebagai Tuhan. Saat patung jatuh dan patah, Amar mengatakan Tuhan sendiri tidak bisa menolong dirinya. Sumayah, sang ibu pun cerita ketika kecil saat mau dikubur hidup-hidup ayahnya, Tuhan pun tidak bisa menolong. Demikian kisah keluarga Yasir dapat menerima wahyu Muhammad dengan logika sederhana dari keluarga yang sederhana.

Huzaifa bin Utbah bin Rabiah, adalah pemuda yang suka mabuk dan hura-hura. Tetapi setelah mengikuti Nabi Muhammad ﷺ ia menjadi pemuda yang berbakti kepada ibunya. Dengan alasan mengikuti Nabi ﷺ, ia menjadi lebih baik perilaku dan perangainya.

Cerita sabahat Bilal bin Rabah, ia mau menyambut wahyu. Ia selalu berpikir bahwa Muhammad ﷺ selama kehidupannya, dikenal jujur, tidak pernah berdusta, ia juga bukan tukang sihir sehingga dijuluki kaumnya Al amin. Mengapa pembesar kaum, ulama-ulama pada saat itu sangat membenci dan mencemooh Muhammad ﷺ padahal sejatinya mereka sangat kenal bahwa Nabi ﷺ adalah orang jujur, amanah, menepati janji, termasuk tuan majikan Bilal sendiri (Umayah bin Khalaf) yang bersikap hipokrit. Karena hari-hari yang dialami Bilal tersebut menjadi tertarik menemui Nabi ﷺ.

Suhaib bin Sinan Ar-Rumi adalah budak dari Romawi ketika dasas-desus berita dari tuan majikan/Tuannya dan orang-orang Romawi bahwa ada pemuda yang mengaku sebagai Nabi di Makah. Maka Suhaib langsung pulang mencari pemuda tersebut, ia memeluk Islam.

Masih banyak lagi alasan para sahabat mulia Nabi Muhammad ﷺ.

Berbeda pandangan dan cara berpikir beberapa dari kalangan ulama dan tokoh Quraisy, lebih banyak tidak percaya malah cenderung merintangi, menghalangi.

Meskipun secara diam-diam mereka mengakui kebenaran Muhammad ﷺ, tetapi karena keangkuhan menutup hatinya. Beberapa kisah menarik; Pada suatu malam, pada awal turunnya wahyu tiga orang kafir Makkah yaitu Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Al-Akhnas berkumpul tanpa sengaja dan mendengarkan lantunan bacaan Al-Qur’an secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Al-Akhnas bertanya pada Abu Sufyan, “Bagaimana pendapatmu mengenai isi bacaan tersebut?” Abu Sufyan menjawab, “Aku mengakui kebenaran sebagian isinya dan mengingkari sebagian lainnya, lalu bagaimana denganmu?” Al-Akhnas menjawab, “Aku berpikir itu adalah sebuah kebenaran.”

Masih banyak lagi cerita orang-orang pertama yang mempercayai Nabi ﷺ ketika awal-awal wahyu. Terutama dari luar daerah Makkah antara lain, Abu Zar al Gifari, dan termasuk penduduk Yastrib suku Aws dan Khajroz 3 tahun setiap musim haji sengaja datang ke Makah utk mencari keberadaan Muhammad ﷺ dan berakhir dengan perjanjian saling menolong. Awal hijrah ke Madinah al Munawarah. Sahabat Anshar dari Yastrib ini segera menjemput pemimpin tanpa berpikir banyak kecuali mereka mendengar dari Yahudi Yastrib dan sudah jenuh selalu bertikai/berperang (pasca bu’ath).

Benarlah hadis Nabi ﷺ, ketika al-Mahdi dibaiat kelak di Hijir Ismail diantara rukun Yamani dan Hajar Aswad. Hanya Ratusan orang saja dari jutaan umat Islam yang terpilih (313 orang sejumlah pasukan Badar).

Wallohu a’lam bis sawwab

Al Fakir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *