Oleh:
Dr. dr. H. Jaya M. Munawar, SpKJ, M.Kes, MARS
Politik Islam selalu menjadi polemik yang panjang sepanjang sejarah Islam. Sejak runtuhnya kekhalifahan Ustmani, dan jauh sejak The Sick Man “Tukiye” mulai terbagi-bagi menjadi negara-negara nasionalis di Timur Tengah dan Afrika oleh penjajah Barat pada akhir tahun 1900-an. Asia Selatan, Asia Tenggara juga bergolak untuk memerdekakan bangsanya dari Kaum “Imperialisme Barat”. Puncaknya ketika gagasan Ir. Soekarno, menggelar KTT Asia Afrika dan menjadi momentum kebangkitan kebangsaan masing-masing bangsanya.
Salah satu negara Asia Selatan yang ingin menentukan nasib sendiri dari penjajah Inggris di India adalah bangsa Pakistan. Mereka membuat referendum untuk pisah dari India. Perjalanan politik bangsa Pakistan mengalami pasang surut. Muhammad Ali Jinnah adalah sahabat karib Ir. Soekarno. Ali Jinnah mengagumi Soekarno karena beliau adalah tokoh peletak dasar inspirasi semua bangsa di dunia. Beberapa tokoh lain di Pakistan adalah Muhammad Iqbal, Jamaluddin al-Afghani, Ali Hasan An Nadwi, ada juga keluarga Syaikh Maulana Muhammad Ilyas al Kandhlawi pendiri Jamaah Tabligh telah menjadi motor dalam perpolitikan negeri (qablal- Khurasan). Pakistan menjadi salah satu representasi dunia Islam di Timur terutama Pan-Islamisme Jamaluddin al-Afghani mengugah dunia untuk bangkit melawan imperialisme.
Setalah pasca kemerdekaan Pakistan mempunyai kondisi sosial politik yang dinamis dan penuh dengan persoalan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Siklus lima tahunan menjadikan alat berkuasa dan polemik politik ini bahkan seakan menjadi Tuhan baru bagi kehidupan sosial politik, pergolakan, pertikaian, kasus pembunuhan PM Ziaul Haq dan penahanan Bapak Nuklir Pakistan Profesor Abdul Salam menjadi pelajaran dalam kehidupan sosial politik kekinian. Pemerintahan PM Imran Khan berakhir tidak baik. Tokoh- tokoh politik seperti Nawaz Syarif, Imran Khan, Sabhaz Syarif dan lainnya terus dalam perseteruan yang panjang.
Dalam dunia sosial religius Jamaah Tabligh sangat berkembang pesat. Setiap tahun Jamaah yang didirikan oleh Syaikh Maulana Muhammad Ilyas al Kandhlawi telah menjadi Jamaah terbesar di dunia. Setiap tahunnya diadakan satu pertemuan Ijtima’ multaqo dunia dapat mencapai 4-5 juta jamaah dari berbagai belahan dunia menjadi ciri khas saat ini bagi negara Pakistan. Negara ini sangat identik dengan Tabligh.
Kondisi masyarakat Pakistan hampir mirip dengan kondisi kebatinan terutama dalam kehidupan sosial politik negara. Sosok Soekarno adalah sahabat Ali Jinnah, ia banyak belajar kepadanya. Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 di bulan Ramadhan, Pakistan juga demikian, merdeka tahun 1947 juga pada bulan Ramadhan pula. Penduduk Indonesia saat ini 250 juta jiwa, Pakistan 220 juta jiwa dengan populasi Islam terbesar. Jika di Indonesia ada jamaah yang besar seperti Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah, maka di Pakistan ada Jamaah Tabligh. Kondisi politik pada saat ini juga hampir sama. Jika partai-partai politik yang besar PTI sedang menghadapi tekanan masa dan kontrol Internasional sehingga saat ini terjadi pergolakan sosial politik dan bahkan saat ini status perekonomian jatuh dalam resesi.
Satu harapan besar dari suasana yang tidak terkendali adalah diutusnya satria piningit dari langit yang akan membalikkan keadaan.
Jika di Pakistan fenomena ini muncul tiba-tiba sejak tahun 2014 pada saat seorang pemuda Lahore mendapat pesan mimpi yang telah dialami sejak belia, dan mimpi tersebut berhubungan dengan masa depan Pakistan secara khusus dan dunia Islam secara umum.
Maka di Indonesia cerita bahwa ada Satrio Piningit yang akan diturunkan oleh Tuhan di Indonesia menjadi legenda yang sudah turun-temurun.
Awal tahun 1900 an ketika HOS Cokroaminoto dan kawan-kawan pergerakan Serikat Dagang Indonesia, dan Jamaatul Khair, 1901, ia memulai gerakan sosial, ekonomi untuk melawan imperialisme Belanda, maka ia juga dianggap sebagai Satrio Piningit. Demikian pula pada saat Soekarno berjuang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Ketika zaman itu berlalu dan belum ada hal yang istimewa pada keadaan bangsa Indonesia, legenda itu muncul bahwa Satrio Piningit akan hadir saat ini ketika kezaliman ada, ia menjadi penolong dan menjadikan Indonesia negeri yang baldatun thoyibatul gufur. Saat ini, bangsa Indonesia menunggu-nunggu kedatanganya. Setiap orang berspekulasi dengan membentuk jamaah, atau forum-forum dzikir, dengan mengandalkan informasi buku-buku Jangka Jayabaya, Ranggawarsita, serat-serat Jawa Kuno, serta dari intuisi wangsit dari para sepuh dan pendapat orang saleh.
Berbeda yang terjadi di Pakistan. Secara tiba-tiba ada pemuda Muhammad Qasim secara detail menyampaikan mimpi-mimpinya berkaitan dengan kebangkitan bangsa Pakistan dan bangsa Melayu menjadikan koalisi bersama menjadi negara superpower dunia pada saat nya kelak, dan waktunya sebentar lagi. Berita yang disampaikan oleh Muhammad Qasim dengan keyakinan bangsa Indonesia sangat berkaitan satu sama lain.
Karena ketika dunia Islam dikalahkan musuh-musuhnya, negara Turki jatuh, Kota Madinah dan Makah diduduki musuh, maka yang akan menyelamatkan adalah koalisi Indonesia, Malaysia, Brunai, Banglades dan Pakistan.
Mimpi Qasim begitu detail, bahwa perisitwa itu akan terjadi sebentar lagi, diawali ketika perang dunia ke-3. Perang ini adalah perang nuklir, perang habis-habisan, perang dengan kecanggihan teknologi perang. Kerugian dan kerusakan yang parah, kematian lebih dari 1,5 milyar manusia, kondisi dunia akan berubah. Indonesia, Malaysia, Brunai, Banglades dan Pakistan akan memenangkan perang di wilayah dunia bagian Timur. Perang ini berlangsung 4 tahun lamanya. Kemudian akan ada masa damai selama 7 tahun untuk membangun kembali.
Cerita panjang dari Indonesia ini tentang Satrio Piningit sebagai legenda rakyat memberikan respon cepat dari masyarakat Indonesia dalam menyambut yang pertama/paling pertama kali dari mimpi Muhammad Qasim sebelum masyarakat Pakistan sendiri menyambutnya.
Semoga kita termasuk bagian dari saksi hidup bersama Satrio Piningit yang ditunggu dan kita tidak keliru memilih Satrio Piningit al Masih al Mahdi, karena Dajjal pun akan turun sebagai Satrio Piningit.
Wallaohu a’lam bissawab
Al Fakir