Jauhi Syirik adalah Pesan Abadi! Allah ﷻ Kuatkan Melalui Mimpi Muhammad Qasim bin Abdul Karim di Akhir Zaman
Oleh: Dr. dr. H. Jaya Mualimin, SpKj, M.Kes, MARS
Satu-satunya Jalan Penghambaan
Kehidupan dibuka dan ditutup hanya melalui jalan yang satu, yaitu jalan keesaan Allah ﷻ yang ditempuh para Rasul, Nabi dan para pendahulu, serta orang-orang yang mengikuti.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Yusuf 108 dan 38
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” ” (QS. Yusuf 12: Ayat 108)
Allah ﷻ berfirman:
وَا تَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَآءِيْۤ اِبْرٰهِيْمَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ ۗ مَا كَا نَ لَنَاۤ اَنْ نُّشْرِكَ بِا للّٰهِ مِنْ شَيْءٍ ۗ ذٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّا سِ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَشْكُرُوْنَ
“dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah karunia dari Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Yusuf 12: Ayat 38)
Pesan wahyu ini sering memulai zaman dan orang-orangnya sepanjang waktu seolah tercatat dalam beberapa peristiwa perubahan peradaban silih berganti para nabi dan rasul diawal dakwahnya. Dimulai dari Nabi Adam AS akan diciptakan maka Allah ﷻ menguji ketauhidan seluruh makhluk saat itu yang diperankan Malaikat dan Iblis bahwa Allah ﷻ akan menciptakan makhluk yang bernama manusia, sebagimana dalam surat al Baqarah ayat 30, Allah ﷻ berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” ”
Cerita menarik sangat penting manusia inilah berawal, ketika manusia diciptakan dan diberi amanah mengatur diri dan lingkungannya sebagai khalifah, malaikat sempat mempertanyakan hal ikhwal manusia yang akan membuat kerusakan terhadap dirinya, tetapi Allah ﷻ menjawabnya Aku lebih tahu dari apa-apa yang para malaikat ketahui kemudian disusul untuk menguji mahluk-Nya dengan perintah bersujud kepada Adam AS.
Pesan ini menjadi tema utama pesan abadi, dan melalui mimpi-mimpi Muhammad Qasim bin Abdul Karim Allah ﷻ menguatkan. Pesan ketauhidan ini tidak ada keraguan dengan pesan menjauhi syirik dalam panduan langsung Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ secara praktek dalam kehidupan nyata sehari-hari di saat banyak pendapat dan perdebatan tentang menghindari praktek syirik. Melalui 21 pesan moral dari mimpi Muhammad Qasim sangat penting dan dapat diikuti segenap generasi terakhir ini.
Malaikat dan Iblis Diuji dengan Loyalitas Tauhid
Perintah malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Adam AS,
Allah ﷻ kisahkan dalam Al-Qur’an:
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kalian kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS al-Baqarah: 34).
Semua Malaikat bersujud kepada Adam AS kecuali Iblis. Ia dengan kesombongannya menolak perintah. Menurut Iblis, unsur api lebih mulia daripada tanah. Ia berkesimpulan, dirinya lebih mulia daripada Adam. Kesombongannya diabadikan dalam Al-Qur’an:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ
Artinya: “Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab: ‘Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’.” (QS Al-A’raf: 12).
Akibat kesombongan, Iblis pun diusir dari surga. Terkait hal ini, Allah berfirman:
قَالَ فَٱهۡبِطۡ مِنۡهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخۡرُجۡ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ
Artinya: “Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya; maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (QS Al-A’raf: 13).
Berangkat dari hal ini, ar-Razi mengutip ucapan al-Wahidi dalam kitab al-Basîth berdasar riwayat Ibnu Abbas, “Seharusnya, Iblis menaati perintah Allah, daripada berargumen dengan analogi logika yang keliru. Karena itu, Iblis dinilai sebagai makhluk yang pertama kali beranalogi/logika dan membantah perintah. Barangsiapa melanggar perintah agama berdasar analogi nalarnya, kelak ia akan bersama Iblis.” Wallâhu a’lam. (Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, juz XIV, halaman 36).
Iblis Tidak Lulus Ujian
Allah ﷻ berkehendak agar Iblis bersujud kepada Adam AS sebagai bentuk loyalitas paling tinggi perintah Rabb-nya. Namun, Iblis gagal memahami perintah Tuhan dengan logika akalnya, justru berdebat karena ia lebih mulia dari Adam AS. Pengujian pesan perintah ini akan terus menjadi agenda Tuhan dalam menguji manusia dari masa ke masa sebagai bentuk loyalitas makhluk terhadap Rabb-nya. Allah ﷻ berkehendak atas segala sesuatu, memberikan hidayah kepada Makhluk-Nya, tidak ada campur tangan dari siapapun kecuali kesombongan makhluk seperti peristiwa awal mula Iblis dikeluarkan dari surga.
Loyalitas Keluarga Ibrahim AS
Dikisahkan, awalnya Nabi Ibrahim tidak memiliki anak. Ia pun meminta kepada Allah ﷻ agar diberikan anak yang saleh.
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh,” kata Nabi Ibrahim seperti dalam QS Ash-Shaffat ayat 100.
Doa Nabi Ibrahim oleh Allah ﷻ dikabulkan. Ia memiliki karunia anak yang saleh dan sangat sabar bernama Nabi Ismail.
Saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah ﷻ lewat mimpi untuk menyembelih anaknya.
“Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” kata Nabi Ibrahim sebagaimana dikutip dari QS Ash-Shaffat ayat 102.
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar,” jawab Nabi Ismail.
Dalam al-mubasyirat dan mimpi-mimpi Ibrahim AS secara logika tidak sampai tetapi karena perintah dari Allah ﷻ maka tidak ada tawaran lagi. Nabi Ibrahim dan Ismail AS melaksanakan perintah. Ayat ini sangat penting disampaikan “Lakukanlah, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Demikian totalitas seorang hamba kepada Tuhan-Nya.
Loyalitas Nabi Yusuf AS dan Kisah Keluarganya
Demikian juga perintah Allah ﷻ kepada keluarga Yusuf untuk bersujud kepada Yusuf AS dalam surat Yusuf, sarat pelajaran loyalitas Yusuf AS menerima takdir Allah ﷻ Nabi Yusuf menceritakan takwil mimpinya tentang 11 bintang, Matahari dan Bulan bersujud kepada Yusuf AS, setelah menjadi Pejabat Negara Mesir, keluarganya datang dari Madyan (wilayah Syiria), yaitu 11 orang kakak dan adik, Ayah dan Ibunda sujud kepada Yusuf AS seperti digambarkan dalam mimpi 40 tahun yang lalu saat Yusuf AS kecil.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.””
(QS. Yusuf 12: Ayat 4)
Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf 12: Ayat 100)
Beberapa Nabi dan Rasul yang telah diutus pada kurun yang berbeda mempunyai pesan yang sama tentang ketuhanan yang esa serta menjauhi syirik.
Nabi Muhammad ﷺ Memurnikan Tauhid
Pada periode awal dakwahnya yang sering disebut periode Makah selama 11 tahun Nabi Muhammad ﷺ mengulang kembali pesan abadi untuk mengagungkan keesaan Allah ﷻ dengan meninggalkan kesyirikan yang telah menjadi tradisi kaum jahiliyah Quraisy pada saat itu. Awalnya dakwah tauhid Rasulullah ﷺ ditentang kaumnya dan karena dianggap tidak relevan dengan zaman. Mereka sudah berpuluh tahun melaksanakan ritual keagamaan sesuai adat istiadat dari nenek moyangnya. Kemudian setelah berjuang selama 13 tahun dan Rasulullah ﷺ beserta pengikutnya hijrah ke Madinah dakwah mulai diterima oleh kaum Quraisy sehingga dakwah tauhid menjadi ajaran yang diterima seluruh dunia.
1500 Tahun Telah Berlalu
Menjadi penanda zaman menginjak abad ke-15, dimana kemurnian ajaran tauhid telah berpudar seiring dengan zaman, sebagaimana berita nubuwat Rasulullah ﷺ dalam beberapa Hadis peristiwa akhir aman. Kemunculan al mubasyirat menjadi penanda bahwa zaman ini benar-benar telah datang, ditandai dengan satu pesan abadi dalam mimpi seseorang tentang kemurnian ajaran Allah ﷻ tentang ketauhidan dan menjauhi dan menghindari syirik kepada Allah ﷻ . Bila kita pelajari pesan-pesan mimpinya menggambarkan satu kesatuan ajaran Islam. Pesan mimpi ini seperti tumpukan batu bata yang tersusun sebagai bangunan Islam yang dinarasikan langsung dari Allah ﷻ.
Semoga para ahli, cendekia, ulama dan cerdik pandai dapat mempelajari pesan-pesan mimpi Muhammad Qasim bin Abdul Karim, pemuda dari Kota Lahore Pakistan. Allah ﷻ memilih orang tersebut. Ia tidak berpengetahuan agama luas, bukan pemimpin jamaah yang banyak pengikutnya dan juga bukan pemimpin negara pada saat mimpi-mimpinya hadir sejak usia Muhammad Qasim 12 tahun.
Wallahu alam bissawab
Al Fakir